Try to find the Light

April 2, 2008

Air Mata Seorang Yusuf Qaradhawi

“Saya takut bila pujian-pujian itu menghilangkan dua pertiga pahala dan hanya tersisa sepertiganya… Saya lebih tahu kekurangan diri saya, daripada orang lain yang menilai saya.”


Itulah yang diucapkan DR Yusuf Al-Qaradhawi, dengan suara terisak sambil meneteskan air mata. Apa yang membuat ulama terkenal dunia ini menangis? Ternyata ia menangis karena dinisbatkan sebagai “Imam” oleh sekitar 100 tokoh Muslim dalam sebuah pertemuan antara Qaradhawi dengan para sahabat dan muridnya dari 30 negara, yang berlangsung di Qatar, akhir pekan kemarin, sebagai penghargaan atas berbagai ijtihad fiqihnya serta pengabdiannya kepada Islam dan kaum Muslimin selama ini.


Tangis Qaradhawi bukan tangis bahagia karena ia diberi gelar kehormatan sebagai “Imam” oleh rekan sejawat dan murid-muridnya-meskipun tanpa diberi gelar kehormatan “Imam” pun, eksistensi Qaradhawi sebagai ulama besar sudah diakui dunia-tapi air mata Qaradhawi adalah air mata kekhawatiran dan  tanda ketawadhuannya sebagai hamba Allah, yang hanya menginginkan keridhoan dan pahala dari Allah semata atas segala yang telah dilakukannya di dunia.

Sikap rendah hati seorang Qaradhawi tercermin saat dengan halus ia menolak gelar “Imam” itu. Ia mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan pujian, apalagi penghargaan. Karena pujian dan sanjungan bisa menghapus pahala amal seseorang di hari akhirat, dan menjadi penghalang dari pahala amalan yang dilakukan untuk mencari ridho Illahi.


Beliau mengutip sabda Rasulullah saw, “Tak seorang pejuang yang berjuang di jalan Allah, lalu ia memperoleh ghanimah, kecuali akan dipercepat dua pertiga pahalanya di akhirat, sisanya satu pertiga.
Tapi bila dia tidak mendapatkan ghanimah, pahalanya sempurna. ” (HR Bukhari).


Qaradhawi mengatakan, sebutan “Imam” untuk dirinya tidaklah tepat. “Saya demi Allah bukanlah pemimpin dan bukan seorang imam. Saya hanya seorang prajurit Islam, seorang murid dan akan tetap sebagai murid yang akan terus menuntut ilmu sampai detik terakhir usia saya,” ucap Qaradhawi.

Dengan segala kerendahan hatinya, ulama besar itu mengatakan bahwa dirinya masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Bahkan beliau minta maaf kepada siapa saja yang merasa sakit hati karena perkataan maupun perbuatannya.

“Manusia, bisa salah dan benar,” katanya sembari menegaskan kembali cita-cita utamanya untuk mati syahid di jalan Allah swt.


Subhanallah… betapa mulianya sosok seorang Yusuf Qaradhawi. Beliaulah contoh peribahasa “Ibarat padi, semakin berisi, semakin menunduk.”  Orang yang makin banyak ilmunya, makin makin pintar, makin kaya dan makin terkenal, akan makin rendah hati dan bijaksana. Bukannya malah sombong dan membanggakan dirinya.

 
Pernahkah kita menangis karena khawatir seperti Al-Qaradhawi ketika ada orang memuji atau memberi kita gelar kehormatan? Yang sering terjadi, kita menangis karena gembira atau bahagia , karena kita merasa banyak orang yang menghormati dan menyenangi kita, hingga kita dipuji, disanjung dan diberi gelar kehormatan.

Ah ….kerendahan hati seorang ulama besar seperti Qaradhawi ibarat setetes embun di padang gersang kehidupan dimana makin banyak orang yang lebih mengejar dunia, mengejar gelar kehormatan, mengejar kekayaan, tanpa menyadari bahwa semuanya itu kelak harus dipertanggunjawabkan di hadapan Allah swt.

 
Selayaknya para ulama lainnya mencontoh kepribadian DR Yusuf  Al-Qaradhawi. Yang konsisten memperjuangkan kepentingan kaum Muslimin, menegakkan ajaran Islam, berjuang di jalan Allah swt tanpa mengharapkan pujian dan gelar kehormatan. Semoga Allah swt senantiasa memberikan kesehatan dan melimpahkan kekuatan serta rahmat untuk beliau. Karena umat Islam masih membutuhkan tuntunan dan pengarahan dari ulama seperti beliau. aamiin.

9 Komentar »

  1. subhanallah….. semoga kita diberi ilmu, sebagai modal hidup di dunia demi kehidupan kelak di akhirat. beliau sang Tokoh yang menurut saya adalah seorang pilihan ALLAH untuk dijadikan teladan bagi umat manusia melalui fatwa-fatwanya. saya merasa bahagia walaupun hanya bisa mengenal beliau hanya lewat tulisan-tulisannya atau fatwa-fatwanya.saya ingin mengenal lebih dekat lagi tentang beliau terutama sekali mengenai perjalanan hidup beliau atau biografi beliau. saya hanya mengenal tentang beliau hanya sepenggal-penggal,saya sebagai hamba Allah yang penuh kekurangan, lebih-lebih tentang ilmu keagamaan. untuk itu saya sangat mengharapkan informasi tentang biografi lengkap beliau. atas bantuanya semoga karunia dan cahaya Allah selalu mengiringi kita,amin…

    Komentar oleh bahrul — Agustus 7, 2008 @ 3:34 pm

  2. wah..wah…. pujian untuk qordhowi sebegitu hebatnya ya…. padahal pernyataan qordhowi yang lain banyak yang bertentangan dengan aqidah islam. bahkan dia mengatakan ucapan yang dikategorikan ucapan kekufuran, “kalaulah ALLAH sampai turun ke muka bumi, tidak akan pernah terjadi demokrasi sampai 100%” na’udzubillahi min dzalik.

    Komentar oleh dony saputra — Agustus 10, 2008 @ 4:19 am

  3. cep dony bageur,belajar lagi sayang ya…

    Komentar oleh mang oni — Desember 23, 2008 @ 5:53 am

  4. mas Dony, buat apa kita komentarin orang yang banyak memberi ilmu kepada umat, sedangkan kita belum bisa seperti beliau.
    Ngomentarin ulama gak akan bikin shalat kita tambah khusyu,
    ngomentarin ulama gak akan bikin Indonesia jadi makin baik,
    ngomentarin ulama gak akan bikin ulama tersebut rendah dalam pandangan Allah,
    mendingan kita terus menuntut ilmu supaya bisa membawa banyak orang memahami islam sebagaimana Islam yang dipahami oleh para Shahabat

    Komentar oleh abah — Juli 15, 2009 @ 10:09 am

  5. kalian semua benar dan juga kurang benar..semua anda adalah yang tercinta dan dicintai..usah kita ‘menghukum’ cepat menganalisis hal terutama hak manusia yg dizinkan Allah SWT..itu hakNya juga..kita sama2 berkasihsayang ye dalam bicara..qordhawi,anda dan dony semua hamba Allah ..jgn lupa silaknatullah dn lasykarnya..nasfu juga sering perdayakan IMAN kita yg juga dkacau bilau..kita sama2 berdoa dan bersyukur..Allah membahagiakn kita dengan segala ciptaanNya..kita semuakan ciptaanNya..maka jangan lupa ye..sama2 berkasih.jika marah..cepat istigfar..kesalkn diri mahupn jika point yng benar..tidakkah itu pedoman dari Allah juga..apatah memuji2 pun biarlah sederhana..maalumlah kita semua kurang pandai lagi kurang sabar…

    Komentar oleh salik hina — November 29, 2009 @ 2:45 pm

    • Begitulah ulama yang tawadhu’. Benarlah qaul Imam Syafi’i: Orang yang baru belajar ilmu agama banyak yang takabbur, tingkat kedua semakin banyak belajar dia katakan banyak orang yang lebih pintar dari saya. Tingkat yang tertinggi orang yang berilmu akan mengatakan saya tidak tahu apa-apa. Tawadhu’ telah menghiasi kefaqihannya.

      Komentar oleh trilasanto — Desember 31, 2009 @ 12:56 am

  6. Pandanglah sesuatu… dgn ilmu bkn dgn nafsu.,jgn slalu mencari klemahan org..bknkh itu ,mbuka aib org..
    Pandangan mnusia berbza..jgn kta mnilai..pdangan org..sdangkn kta cetek ilmu..tdaklah bumi tjdi dgn sndiri…bknkah manusia dberi akal crilah kbenaran…

    Komentar oleh Rosli.. — September 27, 2010 @ 4:56 pm

  7. ini baru ulama keren…..

    Komentar oleh Nugraha Corporation — Februari 10, 2011 @ 12:35 am

  8. subhanallah ini baru ulama

    Komentar oleh Alfaqir Qolby — Juli 10, 2011 @ 5:40 am


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.