Try to find the Light

April 3, 2008

Memoar ZA Maulany; Jenderal Zuhud itu pun telah tiada

—– Original Message —–

From: Indra Kusuma

To: Indra Kusuma

Sent: Wednesday, April 06, 2005 1:17 AM

Subject: Jendral zuhud itu telah tiada…

20.25 WIB semalam, selepas sholat isya berjamaah dengan rekan-rekan dari perkantoran di musholla yang berlokasi di basement gedung Cyber, segera kuraih hp yang sengaja ditinggal di meja. Ada 2 pesan, salah satunya dari ibu Ida Prabowo (salah seorang pemilik TV Ar Rahmaan) yang mengabarkan bahwa pak ZA Maulani selasa sore telah meninggal…

Seakan gak percaya, segera kubuka detik.com dan cari info tentang berita itu…ternyata benar…Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji`uuna….lalu kabar berita duka yang sama berdatangan dari ustadzah Irena Handono, rekan-rekan pengurus pengajian perkantoran di gedung ini maupun yang lainnya…

Teringat tepat setahun yang lalu ketika kami mau adakan ta’lim dzuhur dengan mengangkat tema seputar isu terorisme. Sengaja kami angkat karena sudah jenuh dengan propaganda hitam yang disebarkan oleh musuh-musuh Allah. Diskusi dengan rekan-rekan pengurus lainnya dan disepakati kami mengundang Letjend. TNI (Purn) ZA Maulani dengan membedah buku beliau “Fitnah itu Akhirnya Terungkap” (terjemahan dari Stranger than Fiction, The Independent Investigation of 9-11 and The War Against Terrorism, karya Prof. DR. Albert D Pastore PhD). Tapi untuk mendapatkan buku itu tidaklah mudah, karena sudah tidak ada lagi di toko-toko buku bahkan di penerbitnya sekalipun. Karena sudah dibeli semua cetakan buku itu oleh salah seorang bapak yang peduli akan keberadaan buku ini. Menurut penerbit, buku itu ditolak berada di toko buku besar setelah terjual selama beberapa pekan. Dan alhamdulillah pak Hasyim, pemilik semua buku itu bersedia membantu menyediakannya dalam jumlah besar dan harga yang khusus.

Saat menghubungi pak Zaini Anhar Maulani, beliau katakan minta dijemput di rumahnya di area Bintaro Sektor IX dan dia katakan bahwa tidak punya mobil…hhmmm, masah sihh pikirku waktu itu…masa untuk seorang jendral bintang 3 yang telah memegang beberapa pos-pos penting tidak memiliki satu mobilpun…tapi tak apalah, kita memang bersedia menjemput beliau di rumahnya…

Dan alhamdulillaah, ta’lim dzuhur kamis 8 April 2004 lalu berlangsung lebih ramai dari biasanya, jamaah dari gedung ini dan dari luar banyak berdatangan, baik dari lingkungan perkantoran maupun jamaah pengajian perumahan. Beliau cerita bahwa karya ilmiah Albert Pastore itu ditemukan saat googling di internet dan disebarkan dalam format pdf, karena belum ada yang berani menerbitkannya dalam bentuk buku (dokumen asli dari karya Albert D Pastore ini masih dapat di-download di situs musholla kami, http://www.albarokah.or.id pada kolom ‘Special Download’). Alhamdulillah ternyata buku Albert D Pastore semakin banyak terjual di bookstore online, seperti Amazon.com dan Barnesandnoble.com setelah diterbitkan menjadi buku Juli lalu.

Dari ceramah beliau ini ada sesuatu yang ternyata kami tidak dapatkan informasinya dari media massa, yaitu saat pengangkatan  mayat-mayat korban bom Bali, mereka yang mengevakuasi mayat menyatakan bahwa mayat-mayat itu saling berdekapan, seakan-akan saat dansa tidak merasakan sesuatu apapun dan saat diangkat seolah-olah mayat itu seperti bandeng presto tanpa tulang, karena saat disentuh, mayat-mayat itu terasa lunak sekali. Dan beliau tambahkan dengan geram, apakah hal ini akibat bom potasium oleh Imam Samudra cs….

Sewaktu kami mengantarkan beliau pulang, banyak hal yang kami tanyakan, terutama karir militernya. Tapi yang membuat kami terkejut saat beliau menjawab pertanyaan, “Sejak kapan bapak tinggal di bintaro sektor 9 ini?”. Beliau hanya  menjawab, “Baru beberapa bulan saja, dulu saya tinggal di depan ini”, sambil menunjuk arah lokasi rumahnya yang dulu. “Oh yah, knapa pindah pak?” tanyaku segera. “Di situ harga kontraknya sudah naik menjadi 35 juta setahun, yang baru ini hanya 10 juta setahunnya dan itu murah karena yang punya merasa rumah itu ada hantunya, tapi selama saya dan istri tinggal di sana belum pernah sekalipun liat hantu”, jawabnya sambil ketawa kecil.

Wuuahh….kaget, terperanjat, gak percaya apa yang diucapkannya, membuat saya, Ridwan Harris (Mobile-8) dan Pak Casta (KGN) mengernyitkan dahi masing-masing. Dan tidak mau berkomentar soal itu lagi hingga pas depan rumahnya, entah karena sungkan atau tidak enak…entahlah…

Semangat membela dan kepedulian beliau terhadap saudara seimannya, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang terzalimi oleh isu-isu busuk Amerika dan Sekutunya senantiasa diangkat dalam setiap ceramahnya. Dengan alasannya itulah kami mengundang beliau kembali pada menjelang berakhirnya masa penahanan ustadz Abu Bakar Ba’asyir tahun lalu. Kami geram saat mantan Dubes AS Ralph L Boyce menemui pihak Polri dan melobi beberapa tokoh Islam agar ustadz Abu tidak diperkenankan bebas tanpa alasan yang jelas. Akhirnya kami berhasil mengadakan ta’lim dzuhur bersama ZA Maulani di sela-sela jadwal beliau yang padat dua pekan setelah ustadz Abu ditahan kembali.

Beliau mengatakan bahwa akan membawa artikel untuk ceramahnya terkait JI dan China Policy. Karena itulah kami berinisiatif sejak awal membuat judul ta’lim ini “Ada Apa di Balik Kasus Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan Keterkaitkannya dengan Politik Luar Negeri Amerika di Asia Tenggara” pada Selasa 18 Mei 2004 lalu.

Rekan kami, Budiyono (mantan engineer Boleh.net dan admin situs musholla) ahad sorenya sudah menempelkan pamflet pengumuman ta’lim dzuhur di tiap lantai gedung Cyber. Tapi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, keesokannya kami tambahkan di bawah judul utamanya, yaitu “Kelanjutan Bedah Buku Stranger than Fiction karya Prof. DR. Albert D Pastore PhD”.

Selasa pagi itu beliau menghubungi kami dan minta dijemput di Hotel Menteng tempat dia berseminar. Dalam perjalanan bersama pak Wahyu (KGN) ada berita bahwa salah satu tenant gedung Cyber merasa keberatan dengan judul ta’lim ini. Tapi dengan basmalah kita tetapkan agar acara ini tetap berlangsung. Sewaktu menemui beliau di lobby hotel Menteng, terlihat dia membawa travelbag kecil yang ternyata berisi buku-buku karyanya. Setelah dibuka ternyata yang beliau maksud itu ada dalam bukunya yang berjudul “Jama’ah Islamiyah dan China Policy”.

Sayang kami kurang paham maksudnya,  sehingga judul ta’lim bisa diganti dengan bedah buku barunya. Tapi tak mengapa kata beliau. Judul yang kami buat sudah bagus dan berani imbuhnya.

Alhamdulillaah biidznillaah, ta’lim dzuhur ini berlangsung ramai dan banyak dihadiri pula para pengurus dari Gerakan Muslimat Indonesia, pengajian perkantoran maupun perumahan sekitar kami. Tak disangka sesuatu membuat kami haru dan kagum saat semua menyadari bahwa pada buku itu tertulis diterbitkan pada April 2004. Dan ketika kami konfirmasi, dia mengatakan, “Ini sebenarnya saya persembahkan untuk kebebasan ustadz Abu Bakar Ba’asyir, tapi ternyata akibat rekayasa dan konspirasi busuk maka kebebasan itu tak pernah ada…”

Selepas mengantarkan beliau kembali ke hotel, pak Wahyu ditelpon dan diminta pengurus terkait menghadap Building  Management secepatnya. Hu-uh, ada-ada aja nih….Sesampainya di gedung Cyber, segera diminta BPH (Badan Pengurus Harian) musholla segera berkumpul di Indo.net lantai 8 untuk menyamakan jawaban ke Direksi gedung ini. Dan saat menemui mereka semua berjalan lancar, mereka menanyakan susunan pengurus baru dan bagaimana pemilihannya, lalu saat ditanya bagaimana proses pemilihan judul ta’lim terutama pada siang itu, saya hanya bisa menjawab bahwa sebenarnya ini bedah buku sembari menunjukkan buku JI dan China Policy, tapi untuk mengajak rekan-rekan dari perkantoran lain datang, maka kami ubah judulnya. Dan alhamdulillah mereka bisa terima, “Hanya saja lain kali buatlah ta’lim-ta’lim dengan materi yang menyejukkan, karena banyak tenant di gedung ini yang berasal atau investasi dari Amerika”, kata mereka. “Dan mohon jangan undang lagi ZA Maulani bicara di sini, apalagi beliau ini mantan KABAKIN dan ustadz Abu Bakar Ba’asyir sudah ditahan kembali, jadi jangan buat sesuatu yang keputusannya (penahanan ustadz) sudah jelas”, imbuh mereka. “Baiklah, pak”, janji kami dan memang agak sulit jika kami berbuat di luar kesesuaian mereka, karena musholla ini berada dalam lingkungan gedung.

Saat kami sampaikan hal ini ke ZA Maulani, beliau tertawa dan mengatakan di ujung telpon, “Biarlah saya dicekal di tempat anda, semoga saja apa yang saya sampaikan tidak tercekal juga….”

Dan sejak saat itu, kami pun mengajak rekan-rekan pengurus perkantoran ataupun pengurus masjid lainnya untuk mengadakan bedah buku beliau atau karya penulis lainnya yang terkait, agar kita tidak terkooptasi oleh black propaganda dengan isu murahan berlabel terorisme serta menyadari pretext Amerika sesungguhnya di balik semua pemboman di negeri ini dan belahan dunia lainnya.

Sungguh, suatu kehilangan yang amat sangat dirasakan umat Islam negeri ini, di mana sedikit sekali bahkan hampir tak ada dari kalangan petinggi militer yang dengan gigih berjuang membela agama dan saudara seimannya yang terzalimi saat ini….

Untuk itu dalam rangka mengenang Pejuang dan Pembela Islam ini, kami akan menyiarkan rekaman ceramah Letjend. TNI  (Purn) ZA Maulani tertanggal 8 April 2004 dan 18 Mei 2004 lalu pada kamis – jumat 8-9 April 2005 pukul 16.00 melalui web radio Al Barokah [http://radio.albarokah.or.id/listen.pls]

Masih teringat saat beliau katakan pada akhir ceramah di sini, “Saya ingin meninggal sebagai seorang Muslim, bukan sebagai seorang jendral….”

Ya Allah muliakanlah hamba-Mu ini dan tempatkanlah di tempat yang mulia di sisi-Mu….

[Indra Kusuma, mantan Koordinator Divisi Kajian Musholla Al Barokah periode 2004-2005]

Desember 8, 2006

Peringatan 18 Tahun Syahidnya Abdullah Azzam: Teroriskah Simbol Jihad Afghanistan itu?

Filed under: Artikel, Islam, Kegiatan Islami, Kisah Islami, Mujahid, Pahlawan, Profile, Tokoh Islam — fisan @ 1:26 am

24 November, 18 tahun Islam. Seorang tokoh pejuang Islam menghadap Allah swt dengan begitu indahnya. Syaikh Abdullah Azzam, siapa yang tidak pernah mendengar nama itu? Hampir setiap Muslim yang memperhatikan kondisi dunia Islam di tahun 80-an pasti mengenal nama dan sosok Abdullah Azzam dengan baik.

Dia adalah simbol jihad Afganistan saat mengusir pasukan beruang merah Rusia. Dan kini, hampir 18 tahun berlalu, namanya masih lekat dikenang dalam hati para pejuang Islam di dunia. Meski, label gembong teroris juga dikaitkan dengan namanya, namun siapapun yang mengetahui kondisi perjuangan jihad Afganistan ketika itu, tak pernah terbetik sedikitpun bahwa Abdullah Azzam adalah seorang teroris. Bahkan sebaliknya, ia adalah pejuang sejati yang begitu tinggi kasih sayangnya kepada kaum Muslimin.

Beberapa waktu lalu, sejumlah tokoh mengingatkan tentang peringatan syahidnya tokoh jihad Afganistan itu. Salah seorang muridnya yang kini tinggal di Mesir, bercerita tentang Abdullah Azzam, saat beliau sedang melakukan perkemahan. Pada suatu acara semua yang mengikuti mukhayyam itu di perintahkan oleh komandan lapangan. “Kalian berlarilah mengelilingi lapangan ini sebanyak yang kalian bisa,” ujar komandan lapangan.

Semua peserta perkemahan berlari. Namun setelah beberapa putaran, sudah ada yang menyerah, dan mereka yang menyerah beralasan bahwa “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (2: 286), inilah yang saya mampu”,

Begitu pula orang-orang yang menyerah selanjutnya, mereka selalu beralasan dengan ayat ke 286 di surat Al-Baqarah tersebut, dan yang sisa pun semakin banyak yang menyerah, sampai tinggal Abdullah Azzam sendiri, beliau terus berlari mengelilingi lapangan tersebut, sampai akhirnya beliau pingsan.

Dan setelah sadar beliau ditanya oleh komandan lapangan “ Mengapa anda berlari sampai pingsan begini, kan sudah saya bilang bahwa anda berlari semampu anda”, lalu Abdullah Azzam menjawab “inilah yang saya mampu, sesuai yang anda perintahkan“

Yang dimaksud oleh Abdullah Azzam adalah makna sebenarnya dari “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”, bahwa perintah harus dijalankan sesuai isinya. Di sisi lain, upaya apapun harus dilakukan dengan upaya yang optimal di batas kemampuan seseorang. Itulah salah satu pelajaran yang diberikan Abdullah Azzam.

Komitmen Kuat Berjihad

Abdullah Azzam dilahirkan di sebuah kampung di Utara Palestina yang dikenal sebagai Selat al-Harithia di daerah Genine pada tahun 1941. Ayahnya bernama Mustaffa yang meninggal dunia setahun selepas pembunuhan anaknya. Ibunya bernama Zakia Saleh yang meninggal dunia setahun sebelum Sheikh Abdullah Azzam dibunuh.

Abdullah Azzam berasal dari keluarga yang baik latar-belakang keagamaannya. Keluarganya gembira mempunyai anak lelaki, Abdullah Yusuf Azzam, yang sudah terlihat istimewa di kalangan kanak-kanak lain dan telah aktif berdakwah pada usia yang muda. Rekan-rekannya mengenali Azzam sebagai seorang yang wara dan sangat hati hati dengan dosa. Ia menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan pada usia muda. Guru-gurunya melihat keistimewaan ini sejak Azzam masih duduk di bangku sekolah. Abdullah Azzam masuk dalam organisasi al-Ikhwan-ul-Muslimin sebelum mencapai usia baligh.

Sheikh Abdullah Azzam telah dikenal karena ketabahan dan sifatnya yang sungguh sungguh sejak kecil. Ia menerima pendidikan awal peringkat sekolah dasar dan menengah di kampung sebelum meneruskan pendidikan di College Pertanian Khadorri sampai tingkat Diploma. Walau merupakan pelajar termuda di kalangan teman-temannya, Abdullah Azzam adalah murid yang paling cerdas. Setelah menamatkan pendidikan di College Khadorri ia bekerja sebagai seorang guru di sebuah kampung bernama Adder di Selatan Jordan. Kemudian beliau meneruskan pendidikan di college Shariah di universitas Damaskus sehingga memperoleh Ijazah B.A. dalam Shariah pada 1966. Setelah pihak Yahudi mendudduki Tepi Barat pada tahun 1967, Abdullah Azzam muda hijrah ke Jordan, karena ia tidak mau tinggal di bawah penjajahan Yahudi di Palestina. Pengalaman melihat tank-tank Israel bergerak masuk ke Tepi Barat tanpa ada hambatan meningkatkan tekadnya untuk hijrah dan belajar mendapatkan kemampuan untuk perang.

Tahun 1960-an ia ikut dalam Jihad menentang penjajahan Israel di Palestina dari Jordan. Ketika itu juga ia menerima Ijazah Master di dalam bidang Shariah dari Unversitas al-Azhar. Pada tahun 1970 sesudah Jihad terhenti karena kekuatan PLO dipaksa keluar dari Jordan, Abdullah Azzam menjadi seorang pensyarah di universitas Jordanian di Amman. Pada tahun 1971 ia dianugerahkan biasiswa ke Universitas al-Azhar di Kairo sampai ia memperoleh Ijazah doktor di dalam bidang Ushul al-Fiqh pada 1973. Ketika di Mesir itulah, ia telah berkenalan dengan keluarga Sayid Quthb, keluarga tokoh perjuangan Islam di Mesir.

Pada tahun 1979 ia meniggalkan universitas berpindah ke Pakistan untuk ikut serta dalam Jihad Afghanistan. Di sana ia berkenalan dengan pemimpin-pemimpin Jihad. Awal kedatangannya di Pakistan, ia dilantik sebagai pensyarah di universitas Islam internasional di Islamabad. Setelah beberapa waktu lamanya, kemudian beliau mengambil keputusan untuk berhenti dari tugas universitas untuk memfokuskan seluruh waktu dan tenaganya kepada Jihad di Afghanistan.

Abdullah Azzam sangat banyak dipengaruhi oleh Jihad di Afghanistan dan Jihad di Afghanistan juga sangat banyak dipengaruhi Abdullah Azzam sejak beliau memfokuskan seluruh waktunya untuk Jihad. Ia menjadi seorang yang disegani di arena Jihad Afghanistan. Ia menumpahkan seluruh daya usaha untuk menyebarkan dan mengenalkan Jihad di Afghanistan ke seluruh dunia. Ia mengubah pandangan umat Islam tentang Jihad di Afghanistan dan menyadarkan bahwa Jihad adalah tuntutan Islam yang menjadi tanggung jawab semua umat Islam di seluruh dunia. Berkat hasil usahanya, Jihad Afghan menjadi Jihad universal yang diikuti oleh umat Islam dari berbagai pelosok dunia.

Abdullah Azzam bahkan menjadi idola generasi muda yang menyahut seruan Jihad. Pernah ia berkata, “Aku rasa seperti baru berusia 9 tahun, 7 setengah tahun di Jihad Afghan, satu setengah tahun di Jihad Palestina dan tahun-tahun yang selebihnya tidak bernilai apa-apa.”

Ia juga melatih keluarganya dengan pemahaman dan semangat yang sama. Isterinya terlibat dengan kegiatan penjagaan anak-anak yatim di Afganistán. Ia sendiri menolak tawaran pekerjaan sebagai pensyarah dari beberapa buah universitas sambil berikrar bahwa ia tidak akan meninggalkan Jihad sehingga gugur syahid. Ia juga selalu mengatakan bahwa tujuan utama dan cita-citanya adalah untuk membebaskan Palestina.

Terbunuh Saat Hendak Sholat Jumat

Tentu saja komitmen yang begitu tinggi pada Islam menimbulkan keresahan di kalangan musuh-musuh Islam. Mereka bersekongkol untuk membunuh beliau. Pada tahun 1989, sebuah bom diletakkan di bawah mimbar yang ia gunakan untuk menyampaikan khutbah Jumat. Bahan letupan itu sangat berbahaya dan ledakannya akan memusnahkan masjid tersebut bersama dengan semua benda dan jamaah di dalamnya. Tetapi dengan perlindungan Allah, bom tersebut tidak meledak dan ratusan orang Islam selamat.

Musuh-musuh Islam terus berupaya membunuh Abdullah Azzam. Pada hari Jum’at, 24 November 1989 di Peshawar, Pakistan, mereka telah menanam tiga buah bom di jalan yang sempit. Abdullah Azzam memarkirkan mobilnya di posisi bom pertama dan kemudian berjalan ke masjid untuk shalat Jum’at. Bom pun meledak dan Abdullah Azzam gugur bersama dengan dua orang anak lelakinya, Muhammad dan Ibrahim, beserta dengan anak lelaki al-marhum Sheikh Tamim Adnani (pejuang di Afghan).

Ledakan bom seberat 20kg TNT dilakukan dengan alat kontrol jarak jauh. Setelah ledakan kuat itu itu orang-orang keluar dari masjid dan melihat keadaan yang mengerikan. Hanya bahagian kecil dari mobil tersebut yang kelihatan. Anak Abdullah Azzam, Ibrahim, terpental 100 meter; begitu juga dengan dua orang anak-anak lagi. Serpihan mayat mereka bertaburan di atas kabel-kabel listrik.

Tubuh Abdullah Azzam ditemukan bersandar pada sebuah tembok, dalam keadaan sempurna dan tiada luka atau cedera kecuali sedikit darah yang mengalir dari bibirnya. Seperti itulah akhir kehidupan seorang Mujahid di dunia ini dan insya-Allah kehidupannya akan terus berlanjut di sisi Allah swt.Abdullah Azzam dikebumikan di Tanah Perkuburan Shuhada Pabi di mana beliau menyertai ribuan para syuhada.

Sumber : http://www.eramuslim.com/news/lpk/4573d083.htm

Oktober 31, 2006

Sejarah : Meluruskan sejarah Kapitan Ahmad `Pattimura’ Lussy

Filed under: Artikel, Kisah Islami, Mujahid, Pahlawan, Sejarah Indonesia — fisan @ 12:31 am

Sejarah Oleh : Redaksi 08 Jun 2004 – 9:00 am

Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal
dengan Thomas Mattulessy yang identik Kristen.
Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas
sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya.

Nunu oli
Nunu seli
Nunu karipatu
Patue karinunu

(Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan
setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya
(demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu
besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan
menggantinya).

Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Kapitan Ahmad
Lussy atau dikenal dengan sebutan Pattimura, pahlawan dari Maluku. Saat itu,
16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari
ucapan-ucapannya, tampak bahwa Ahmad Lussy seorang patriot yang berjiwa
besar. Dia tidak takut ancaman maut. Wataknya teguh, memiliki kepribadian
dan harga diri di hadapan musuh. Ahmad Lussy juga tampak optimis.

Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan
sejarah versi pemerintah. M Sapija, sejarawan yang pertama kali menulis buku
tentang Pattimura, mengartikan ucapan di ujung maut itu dengan
“Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura
muda akan bangkit”. Namun menurut M Nour Tawainella, juga seorang sejarawan,
penafsiran Sapija itu tidak pas karena warna tata bahasa Indonesianya
terlalu modern dan berbeda dengan konteks budaya zaman itu.

Di bagian lain, Sapija menafsirkan, “Selamat tinggal saudara-saudara”, atau
“Selamat tinggal tuang-tuang”. Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan
seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik dan optimis.

Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy
dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang
Kristen. Hebatnya, masyarakat lebih percaya kepada predikat Kristen itu,
karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen.

Muslim Taat
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy,
Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi
pemerintah). Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu
diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan
Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut
Kasimiliali.

Menurut sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim
yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah
menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku
adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.

Bandingkan dengan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali
terbit. M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan
bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni
Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir
ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah
negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.

Ada kejanggalan dalam keterangan di atas. Sapija tidak menyebut Sahulau itu
adalah kesultanan. Kemudian ada penipuan dengan menambahkan marga Pattimura
Mattulessy. Padahal di negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau
Mattulessy. Di sana hanya ada marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah
Sultan Abdurrahman.

Jadi asal nama Pattimura dalam buku sejarah nasional adalah karangan dari
Sapija. Sedangkan Mattulessy bukanlah marga melainkan nama, yaitu Ahmad
Lussy. Dan Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah
perjuangan rakyat Maluku.

Berbeda dengan Sapija, Mansyur Suryanegara berpendapat bahwa Pattimura itu
marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga
Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut
agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura.

Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan
Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu
banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul
Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan Maluku.

Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini
diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku Menemukan Sejarah (yang menjadi
best seller) ini mengatakan, “Kalau dibilang Ambon itu lebih banyak Kristen,
lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau banyak gereja.
Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja.”

Sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, dari sudut pandang
antropologi juga kurang meyakinkan. Misalnya dalam melukiskan proses terjadi
atau timbulnya seorang kapitan. Menurut Sapija, gelar kapitan adalah
pemberian Belanda. Padahal tidak.

Leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo
religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di
luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna
rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan
kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.

Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian
khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai
sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka
orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang
dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses
turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara
genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari
sinilah sebenarnya sebutan “kapitan” yang melekat pada diri Pattimura itu
bermula.

Perjuangan Kapitan Ahmad Lussy
Perlawanan rakyat Maluku terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda
disebabkan beberapa hal. Pertama, adanya kekhawatiran dan kecemasan rakyat
akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah seperti yang pernah dilakukan
pada masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Kedua,
Belanda menjalankan praktik-praktik lama yang dijalankan VOC, yaitu monopoli
perdagangan dan pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah polisi laut yang
membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Ketiga,
rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja,
penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi.

Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Pada
tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat
berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang
bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan
tempat-tempat lainnya.

Perlawanan rakyat di bawah komando Kapitan Ahmad Lussy itu terekam dalam
tradisi lisan Maluku yang dikenal dengan petatah-petitih. Tradisi lisan ini
justru lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada data tertulis dari Belanda
yang cenderung menyudutkan pahlawan Indonesia. Di antara petatah-petitih itu
adalah sebagai berikut:

Yami Patasiwa
Yami Patalima
Yami Yama’a Kapitan Mat Lussy
Matulu lalau hato Sapambuine
Ma Parang kua Kompania
Yami yama’a Kapitan Mat Lussy
Isa Nusa messe
Hario,
Hario,
Manu rusi’a yare uleu uleu `o
Manu yasamma yare uleu-uleu `o
Talano utala yare uleu-uleu `o
Melano lette tuttua murine
Yami malawan sua mena miyo
Yami malawan sua muri neyo
(Kami Patasiwa
Kami Patalima
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Semua turun ke kota Saparua
Berperang dengan Kompeni Belanda
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Menjaga dan mempertahankan
Semua pulau-pulau ini
Tapi pemimpin sudah dibawa ditangkap
Mari pulang semua
Ke kampung halaman masing-masing
Burung-burung garuda (laskar-laskar Hualoy)
Sudah pulang-sudah pulang
Burung-burung talang (laskar-laskar sekutu pulau-pulau)
Sudah pulang-sudah pulang
Ke kampung halaman mereka
Di balik Nunusaku
Kami sudah perang dengan Belanda
Mengepung mereka dari depan
Mengepung mereka dari belakang
Kami sudah perang dengan Belanda
Memukul mereka dari depan
Memukul mereka dari belakang)

Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat
Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu
Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi
berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak.
Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16
Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di
tiang gantungan.

Nama Pattimura sampai saat ini tetap harum. Namun nama Thomas Mattulessy
lebih dikenal daripada Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut Mansyur
Suryanegara, memang ada upaya-upaya deislamisasi dalam penulisan sejarah.
Ini mirip dengan apa yang terjadi terhadap Wong Fei Hung di Cina. Pemerintah
nasionalis-komunis Cina berusaha menutupi keislaman Wong Fei Hung, seorang
Muslim yang penuh izzah (harga diri) sehingga tidak menerima hinaan dari
orang Barat. Dalam film Once Upon A Time in China, tokoh kharismatik ini
diperankan aktor ternama Jet Li.

Dalam sejarah Indonesia, Sisingamangaraja yang orang Batak, sebenarnya juga
seorang Muslim karena selalu mengibarkan bendera merah putih. Begitu pula
Pattimura.
Ada apa dengan bendera merah putih? Mansyur merujuk pada hadits Imam Muslim
dalam Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy Qastalani. Di situ
tertulis, Imam Muslim berkata: Zuhair bin Harb bercerita kepadaku, demikian
juga Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna dan Ibnu Basyyar. Ishaq
bercerita kepada kami. Orang-orang lain berkata: Mu’adz bin Hisyam bercerita
kepada kami, ayah saya bercerita kepadaku, dari Qatadah dari Abu Qalabah,
dari Abu Asma’ Ar-Rahabiy, dari Tsauban, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah memperlihatkan kepadaku bumi, timur dan baratnya. Dan Allah
melimpahkan dua perbendaharaan kepadaku, yaitu merah dan putih”.
Demikianlah pelurusan sejarah Pattimura yang sebenarnya bernama Kapitan
Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Wallahu A’lam Bish Shawab.* (dari berbagai
sumber)

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.