Try to find the Light

November 9, 2006

Profile : Izzuddin Al-Qossam, Mujahid Yang Merakyat

Filed under: Artikel, Islam, Mujahid, Profile — fisan @ 6:48 am

Dilahirkan di negeri Jabalah, Suriah pada tahun 1882 M/ 1300 H dengan nama lengkap Muhammad Izzuddin bin Abdul Qodir Mushthofa Al Qosam. Ia tumbuh dan berkembang ditengah keluarga yang taat dan berpegang teguh dengan ajaran Islam. Ayahnya yang menekuni ajaran tasawuf dikenal sebagai pendidik yang khusus menyediakan salah satu pojok rumahnya sebagai tempat belajar agama bagi anak-anak tetangga sekitarnya.

Tanpa disadari, lingkungan belajar ini membantu membentuk kepribadian sang Izzuddin kecil karena ia menyaksikan langsung proses tarbiyah yang dilakukan ayahnya terhadap murid-muridnya yang datang ke rumah. Keakraban hidup dengan orang kecil yang diwarisi dari orang tuanya terus dipupuk sampai hari tuanya. Ia tidak segan-segan membantu orang kecil walau sekedar berbincang-bincang untuk meringankan beban hidup orang lain. Begitulah prinsip yang dipegangnya.

Ketika berumur 14 tahun (tahun 1896), pemuda Izzuddin dikirim orangtuanya belajar ke Jami’ Al Azhar, Mesir yang kala itu masih berbentuk talaqi’dengan masyayikhdi dalam mesjid. Sekitar 10 tahun berada di bumi kinanah, Izzuddin banyak tertarik dengan ide-ide pembaharuan yang dilontarkan oleh Jamaluddin Al Afghani, Muhammad ‘Abduh dan Abdurrahman Al Kawakibi. Himbauan mereka antara lain: agar kembali berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunah, kritikan terhadap kezoliman politik penguasa, kesenjangan sosial, keterbelakangan ilmu pengetahuan, kemerosotan akhlak serta cengkraman barat terhadap kaum muslimin.

Ia juga tertarik dan bergabung dengan madrasah jihad yang didirikan oleh Muhammad Rasyid Ridho. Di madrasah ini Izzuddin dan rekan-rekannya memantau dan menjalin hubungan dengan pergerakan jihad yang ada di negara Islam lainnya. Demikianlah proses tarbiyah yang dijalani pemuda Izzuddin selama di Mesir yang memberikan pengaruh bagi perjuangannya selanjutnya.

Andilnya dalam da’wah
Aktivitasnya selama di Mesir menempanya menjadi sosok yang tidak bisa berpangku tangan menyaksikan kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Kepekaan terhadap lingkungan yang memang sudah mendarah daging dalam dirinya semakin tajam dengan tempaan yang cukup lama di Kairo, Mesir. Pada usia 24 tahun, Izzuddin kembali ke kampung halamannya di Jabalah, Suriah.

Setibanya di kampung halaman, ia langsung terjun ke medan da’wah. Ia sangat lihai berpidato. Kelihaiannya itu ia manfaatkan untuk menda’wahkan Islam kepada orang banyak. Sampai akhirnya menjadi khatib tetap di Masjid Raya Al-Manshur, Jabalah.

Keindahan gaya bahasa yang digunakannya sangat menyentuh hati para hadirin.i>Muhadharahnya disenangi dan ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin. Kepiawaiannya memilih kata-kata bisa membangkitkan kesadaran hadirin untuk kembali berpegang teguh dengan ajaran agama Islam.

Ia selalu menekankan sifat tawadhu’, akhlak mulia, kecerdasan berinteraksi,istiqomah, pengendalian diri, meluaskan cara pandang, zuhud, sederhana, ikhlas serta siap berkorban tenaga,waktu dan istirahat demi Islam dalam setiap muhadharah yang disampaikannya. Hal-hal yang dida’wahkannya ini senantiasa diusahakannya agar bisa diterapkan dalam kesehariannya sehingga ia benar-benar menjadiqudwahdan dicintai masyarakatnya.

Satu hal yang tak pernah lepas dari kehidupannya adalah kepeduliannya terhadap orang miskin. Para petani diziarahinya sampai ke ladang-ladang tempat mereka bekerja. Para buruh tak lupa disapa dan diajaknya berbincang walaupun hanya sebentar. Ia tak segan-segan menemani mereka di meja makan atau membantu menyelesaikan pekerjaan mereka sekalipun hanya sesaat.

Menjalin ukhuwah dan gemar bermu’ayasah(berinteraksi di tengah-tengah masyarakat) benar-benar dihayati dan diterapkan dalam kehidupannya. Karena melalui jalan inilah seorang da’i mengerti dan memahami kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Inilah salah satu kunci keberhasilan Syaikh Izzuddin dalam da’wahnya mengenalkan Islam kepada masyarakat di sekitarnya yang patut diteladani.

Kesertaannya dalam jihad
Tarbiyah madrasah jihad Rasyid Ridho sewaktu di Mesir sangat berbekas dan mempengaruhi watak dan kepribadian Izzuddin dalam berjuang. Hal ini dibuktikannya ketika tentara Italia datang dan menjajah Lybia tahun 1911. Ia yang berada di Suriah tergugah untuk membantu muslimin disana.

Dengan gagah berani ia pimpin demonstrasi menentang Italia di Jabalah, Suriah. Ia menyerukan kaum muslimin agar membantu saudaranya di Lybia dengan harta maupun jiwa untuk berjihad ke sana. Dari himbauannya tersebut, terdaftarlah sekitar 250 mujahidin sedangkan yang lainnya ikut andil dengan sumbangan harta yang ada.

Berangkatlah pasukan mujahidin yang dipimpin langsung oleh Izzuddin menuju Mina’, Al Iskandrunah dan bermalam disana selama 40 hari menunggu kapal yang akan membawa mereka ke Lybia. Namun sayang, kaum nasionalis yang berkuasa berpihak kepada kepentingan Italia. Mereka menghalangi keberangkatan pasukan mujahidin bahkan memulangkannya ke Jabalah. Adapun dana yang terkumpulkan sebelumnya untuk membiayai keberangkatan ke Lybia digunakan untuk mendirikan madrasah di Jabalah guna membantu meningkatkan keilmuan masyarakat setempat.

Ketika penjajah Perancis mulai memasuki Suria pada tahun 1918 dan menduduki perkampungan nelayan, Izzudin yang berada di Jabalah tentu saja tidak tinggal diam. Ia menyerukan revolusi melawan Perancis dan mengajak masyarakat agar bergabung. Bahkan untuk mendanai perang jihad yang dikobarkannya, ia rela menjual rumah dan uang hasil penjualannya dibelikan senjata.

Kegigihannya melawan penjajah membuat Perancis gerah dengan sepak terjangnya. Ia dimasukkan dalam daftar orang yang di hukum mati karena menentang pemerintahan Perancis. Ketika cengkraman Perancis dirasakan semakin kuat, sebagian besar mujahidin keluar Suria menggalang kekuatan. Izzuddin bersama beberapa orang keluarga dan sahabatnya menyingkir ke Beirut, Libanon.

Dari sini mereka melanjutkan perjalanan ke Haifa, Palestina di penghujung tahun 1920. Jiwa da’wah yang tertanam sangat kuat dalam jiwanya membuat Izzuddin cepat dikenal dan disenangi masyarakat Islam Haifa. Bahkan ia diangkat menjadi khatib resmi mesjid Al Istiqlal Haifa.

Selanjutnya ia terpilih untuk pemimpin Pergerakan Pemuda Muslim Haifa. Ia berhasil membuka beberapa cabang dan langsung memantau perkembangan dan senantiasa memberikan tausiahserta pengarahan-pengarahan. Kebiasaan untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat sekeliling di kampungnya diterapkan juga di Haifa.

Ia sangat menyadari bahwa keberhasilan da’wah sangat didukung oleh diterimanya da’i di tengah-tengah masyarakat.

Selama 15 tahun bermu’ayasahdengan masyarakat muslim Haifa, Izzuddin mempersiapkan muslimin untuk mengobarkan revolusi melawan penjajahan Inggris yang telah bercokol sekian lama di bumi Palestina. Ia meletakkan 3 sasaran yang akan di perjuangkan di Palestina:

1. Membebaskan Palestina dari penjajahan Inggris yang dicap sebagai musuh no. 1 umat Islam disebabkan janjinya kepada orang Yahudi untuk mendirikan Israel Raya di bumi Palestina dan memberikan izin masuknya puluhan ribu orang Yahudi ke Palestina.
2. Menghalangi cita-citaYahudi untuk mendirikan negara Israel di Palestina.
3. Mendirikan negara Islam Palestina untuk merapatkan dan menyatukan barisan Arab dan Muslimin.

Syiar yang dikumandangkan bersama mujahidin Haifa, Palestina adalah: “Ini adalah jihad, menang atau mati syahid”. Izzudin melancarkan pergerakan bawah tanah dan rahasia yang tak terendus oleh musuh dan hanya diketahui sahabat dan para mujahid yang membantunya. Namun akhirnya, aktifitas pergerakannya tercium juga oleh penjajahan Inggris dan Yahudi.

Sebelum musuh mengambil tindakan, ia mengambil ancang-ancang menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dengan melatih para petani dan masyarakat untuk memegang senjata di dataran tinggi Junein. Namun sebelum revolusi sempat dikobarkan, Inggris dan Yahudi lebih dulu membuat makar dengan memperalat tentara Arab, Palestina. Ketika matahari baru membagi sinarnya ke bumi, pagi hari tepatnya tanggal 20 September 1935, ia dan para mujahid lainnya berhadapan langsung dengan musuh yang menyerang dari 3 penjuru sekaligus.

Sebenarnya, Izzuddin bersama para sahabatnya bisa saja meloloskan diri, namun pantang baginya melarikan diri dari medan pertempuran. Pada waktu itu pasukan mujahidin berada pada tempat yang tidak menguntungkan untuk mengadakan perlawanan. Saat itu pasukan mujahidin berada di dataran rendah sedangkan musuh berada di balik perbukitan.

Inggris yang licik berhasil memperalat badan keamanan Arab Palestina untuk melancarkan aksinya membungkam perlawanan Izzuddin dengan meletakkan mereka di 3 barisan pertama. Siasat licik ini dijalankan setelah sebelumnya Inggris menuduh Izzuddin dan lainnya adalah perampok yang selalu membajak pedagang yang sering melewati kawasan tersebut.

Sebelum perlawanan dimulai, Izzudin mengumumkan agar jangan melukai pasukan Arab karena mereka tidaklah tahu apa-apa. Lalu ia mengumandangkan syiar:”Hadzaa jihadun fi sabilillah wal wathon,wa man kaana hadza jihaduhu la yastaslim lighoirillah”dan menyerukan:”muutuu syuhada’….!”

Setelah melakukan perlawanan keras, akhirnya Izzuddin dan 4 orang sahabatnya menemui syahid. Mendung menyelimuti Haifa mengiringi kepergian sang mujahid sejati yang dikenal sangat peduli dengan rakyat kecil. Jasadnya dimakamkan di kampung “Syaikh”dekat Haifa.

Satu peninggalannya adalah buku yang berjudul:”An Naqdu wal Bayan”yang dikarangnya bersama syaikh Kamil Al Qosab untuk memerangi khurafat dan bid’ah yang banyak berkembang ditengah-tengah kaum muslimin. Keteladanan yang bisa ditiru dari perjuangan beliau adalah keikhlasan, pengorbanan dan senantiasa menebarkan kehangatan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Sifat-sifat ini sangat membantu kesuksesan dalam medan da’wah, jalan yang ditempuh oleh para Nabi utusan Allah. Selamat berjuang !!!

Artikel : Siapakah Muhammad?

Filed under: Artikel, Islam, Muhammad, Pemimpin Dunia, Rasulullah — fisan @ 4:49 am

ENCYCLOPEDIA BRITANNICA

“Sejumlah besar sumber awal menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang jujur dan berbudi baik yang dihormati dan ditaati orang-orang yang sepertinya (jujur dan berbudi baik) (Vol. 12)”

MAHATMA GANDHI (Komentar mengenai karakter Muhammad di YOUNG INDIA):

“Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang paling mempengaruhi manusia… Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya pada Tuhan dan tugasnya. Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala halangan. Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 (biografi Muhammad), saya sedih karena tiada lagi cerita yang tersisa dari
hidupnya yang agung.”

Sir George Bernard Shaw (The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936.)

“Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris – bahkan Eropa – beberapa ratus tahun dari sekarang, Islam-lah agama tersebut.”

” Saya senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan
merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad – sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti-kristus, dia harus dipanggil ‘sang penyelamat kemanusiaan’.”

“Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia: Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat ini”

“Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh
ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.

Dia adalah Muhammad (SAW). Dia lahir di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 dan
meninggalkan dunia ini pada usia 63.

Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari
peperangan dan perpecahan antar suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari kebobrokan ke keagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat
ini – dan bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas DUA DEKADE.”

MICHAEL H. HART (THE 100: A RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSONS IN HISTORY, New York, 1978)

Pilihan saya untuk menempatkan Muhammad pada urutan teratas mungkin mengejutkan semua pihak, tapi dialah satu-satunya orang yang sukses baik dalam tataran sekular maupun agama. (hal. 33). Lamar tine, seorang sejarawan terkemuka menyatakan bahwa:
“Jika keagungan sebuah tujuan, kecilnya fasilitas yang diberikan untuk mencapai tujuan tersebut, serta menakjubkannya hasil yang dicapai menjadi tolok ukur kejeniusan seorang manusia; siapakah yang berani membandingkan tokoh hebat manapun dalam sejarah modern dengan Muhammad? Tokoh-tokoh itu membangun pasukan, hukum dan kerajaan saja. Mereka hanyalah menciptakan kekuatan-kekuatan material yang hancur bahkan di depan mata mereka sendiri.
Muhammad bergerak tidak hanya dengan tentara, hukum, kerajaan, rakyat dan dinasti, tapi jutaan manusia di dua per tiga wilayah dunia saat itu; lebih dari itu, ia telah merubah altar-altar pemujaan, sesembahan, agama, pikiran, kepercayaan serta jiwa… Kesabarannya dalam kemenangan dan ambisinya yang dipersembahkan untuk satu tujuan tanpa sama sekali berhasrat membangun kekuasaan, sembahyang-sembahyangnya,
dialognya dengan Tuhan, kematiannnya dan kemenangan-kemenangan (umatnya) setelah kematiannya; semuanya membawa keyakinan umatnya hingga ia memiliki kekuatan untuk mengembalikan sebuah dogma. Dogma yang mengajarkan ketunggalan dan kegaiban (immateriality) Tuhan yang mengajarkan siapa sesungguhnya Tuhan. Dia singkirkan tuhan palsu dengan kekuatan dan mengenalkan tuhan yang sesungguhnya dengan kebijakan.
Seorang filsuf yang juga seorang orator, apostle (hawariyyun, 12 orang pengikut Yesus-pen.), prajurit, ahli hukum, penakluk ide, pegembali dogma-dogma rasional dari sebuah ajaran tanpa pengidolaan, pendiri 20 kerajaan di bumi dan satu kerajaan spiritual, ialah Muhammad. Dari semua standar bagaimana kehebatan seorang manusia diukur, mungkin kita patut bertanya: adakah orang yang lebih agung dari dia?”

(Lamar tine, HISTOIRE DE LA TURQUIE, Paris, 1854, Vol. II, pp 276-277)

“Dunia telah menyaksikan banyak pribadi-pribadi agung. Namun, dari orang orang tersebut adalah orang yang sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama atau militer. Hidup dan ajaran orang-orang ini seringkali terselimuti kabut waktu dan zaman. Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia untuk merekonstruksi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini.

Tidak demikian dengan orang ini. Muhammad (SAW) telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang pikir dan perilaku manusia dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap detil dari kehidupan pribadi dan ucapan-ucapannya telah secara akurat
didokumentasikan dan dijaga dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya begitu terjaga, tidak saja oleh karena penelusuran yang dilakukan para pengikut setianya tapi juga oleh para penentangnya.

Muhammad adalah seorang agamawan, reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan
seorang ayah yang penyayang – semua menjadi satu. Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya dalam setiap aspek kehidupan tersebut –
hanya dengan kepribadian seperti dia-lah keagungan seperti ini dapat diraih.”

K. S. RAMAKRISHNA RAO, Professor Philosophy dalam bookletnya, “Muhammad, The Prophet of Islam”

Kepribadian Muhammad, hhmm sangat sulit untuk menggambarkannya dengan tepat. Saya pun hanya bisa menangkap sekilas saja: betapa ia adalah lukisan yang indah. Anda bisa lihat Muhammad sang Nabi, Muhammad sang pejuang, Muhammad sang pengusaha, Muhammad sang negarawan, Muhammad sang orator ulung, Muhammad sang pembaharu, Muhammad sang pelindung anak yatim-piatu, Muhammad sang pelindung hamba sahaya, Muhammad sang pembela hak wanita, Muhammad sang hakim, Muhamad sang pemuka agama. Dalam setiap perannya tadi, ia adalah seorang pahlawan.

Saat ini, 14 abad kemudian, kehidupan dan ajaran Muhammad tetap selamat, tiada yang hilang atau berubah sedikit pun. Ajaran yang menawarkan secercah harapan abadi tentang obat atas segala penyakit kemanusiaan yang ada dan telah ada sejak masa hidupnya. Ini bukanlah klaim seorang pengikutnya tapi juga sebuah simpulan tak terelakkan dari sebuah analisis sejarah yang kritis dan tidak bias.

PROF. (SNOUCK) HURGRONJE:

Liga bangsa-bangsa yang didirikan Nabi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar persatuan internasional  dan persaudaraan manusia di atas pondasi yang universal yang menerangi bagi bangsa lain. Buktinya, sampai saat ini tiada satu bangsa pun di dunia yang mampu menyamai Islam dalam capaiannya mewujudkan ide persatuan bangsa-bangsa.

Dunia telah banyak mengenal konsep ketuhanan, telah banyak individu yang hidup dan misinya lenyap menjadi legenda. Sejarah menunjukkan tiada satu pun legenda ini yang menyamai bahkan sebagian dari apa yang Muhammad capai. Seluruh jiwa raganya ia curahkan untuk satu tujuan: menyatukan manusia dalam pengabdian kepada Tuhan dalam aturan-aturan ketinggian moral.
Muhammad atau pengikutnya tidak pernah dalam sejarah menyatakan bahwa ia adalah putra Tuhan atau reinkarnasi Tuhan atau seorang jelmaan Tuhan – dia selalu sejak dahulu sampai saat ini menganggap dirinya dan dianggap oleh pengikutnya hanyalah sebagai seorang pesuruh yang dipilih Tuhan.

THOMAS CARLYLE in his HEROES AND HEROWORSHIP

“(Betapa menakjubkan) seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden (Baduy) menjadi sebuah bangsa yang paling maju
dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua decade.”

“Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri.”

“Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia.”

EDWARD GIBBON and SIMON OCKLEY speaking on the profession of ISLAM write:

” ‘Saya percaya bahwa Tuhan adalah tunggal dan Muhammad adalah pesuruh-Nya’ adalah pengakuan kebenaran Islam yang simpel dan seragam. Tuhan tidak pernah dihinakan dengan pujaan-pujaan kemakhlukan; penghormatan terhadap Sang Nabi tidak pernah berubah menjadi pengkultusan berlebihan; dan prinsip-prinsip hidupnya telah memberinya penghormatan dari pengikutnya dalam batas-batas akal dan agama (HISTORY OF THE SARACEN EMPIRES, London, 1870, p. 54).

Muhammad tidak lebih dari seorang manusia biasa. Tapi ia adalah manusia dengan tugas mulia untuk menyatukan manusia dalam pengabdian terhadap satu dan hanya satu
Tuhan serta untuk mengajarkan hidup yang jujur dan lurus sesuai perintah Tuhan. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai ‘hamba dan pesuruh Tuhan’ dan demikianlah juga setiap tindakannya.

SAROJINI NAIDU, penyair terkenal India (S. Naidu, IDEALS OF ISLAM, vide Speeches & Writings, Madras, 1918, p. 169):

Inilah agama pertama yang mengajarkan dan mempraktekkan demokrasi; di setiap masjid, ketika adzan dikumandangkan dan jemaah telah berkumpul, demokrasi dalam Islam terwujud lima kali sehari ketika seorang hamba dan seorang raja berlutut berdampingan dan mengakui: ‘Allah Maha Besar’… Saya terpukau lagi dan lagi oleh kebersamaan Islam yang secara naluriah membuat manusia menjadi bersaudara.

DIWAN CHAND SHARMA:

“Muhammad adalah sosok penuh kebaikan, pengaruhnya dirasakkan dan tak pernah dilupakan orang-orang terdekatnya.
(D.C. Sharma, THE PROPHETS OF THE EAST, Calcutta, 1935, pp. 12)

James A. Michener, “Islam: The Misunderstood Religion,” in READER’S DIGEST (American edition), May 1955, pp. 68-70.
Muhammad, seorang inspirator yang mendirikan Islam, dilahirkan pada tahun 570 masehi dalam masyarakat Arab penyembah berhala. Yatim semenjak kecil dia secara khusus memberikan perhatian kepada fakir miskin, yatim piatu dan janda, serta hamba sahaya dan kaum lemah. Di usia 20 tahun, dia sudah menjadi seorang pengusaha yang sukses, dan menjadi pengelola bisnis seorang janda kaya. Ketika mencapai usia 25, sang majikan
melamarnya.Meski usia perempuan tersebut 15 tahun lebih tua Muhammad menikahinya dan tetap setia kepadanya sepanjang hayat sang istri.

“Seperti halnya para nabi lain, Muhammad memulai tugas kenabiannya dengan sembunyi2 dan ragu2 karena menyadari kelemahannya. Tapi “Baca” adalah perintah yang diperolehnya, -dan meskipun sampai saat ini diyakini bahwa Muhammad tidak bisa membaca dan menulis – dan keluarlah dari mulutnya satu kalimat yang akan segera mengubah dunia: “Tiada tuhan selain Tuhan.”

“Dalam setiap hal, Muhammad adalah seorang yang mengedepankan akal. Ketika putranya, Ibrahim, meninggal disertai gerhana dan menimbulkan anggapan ummatnya bahwa hal tersebut adalah wujud rasa belasungkawa Tuhan kepadanya, Muhammad berkata: “Gerhana adalah sebuah kejadian alam biasa, adalah suatu kebodohan mengkaitkannya dengan kematian atau kelahiran seorang manusia.”

“Sesaat setelah ia meninggal, sebagian pengikutnya hendak memujanya sebagaimana Tuhan dipuja, akan tetapi penerus kepemimpinannya (Abu Bakar-pen.) menepis keingingan ummatnya itu dengan salah satu pidato relijius terindah sepanjang masa: ‘Jika ada diatara kalian yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa ia telah meninggal. Tapi jika Tuhanlah yang hendak kalian sembah, ketahuilah bahwa Ia hidup selamanya”.
(Ayat terkait: Q.S. Al Imran, 144 – pen.)

W. Montgomery Watt, MOHAMMAD AT MECCA, Oxford, 1953, p. 52.
“Kesiapannya menempuh tantangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaiannya yang luar biasa – semuanya menunjukkan integritasnya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan
masalah dan bukan jawaban. Lebih dari itu, tiada figur hebat yang digambarkan begitu buruk di Barat selain Muhammad”

Annie Besant, THE LIFE AND TEACHINGS OF MUHAMMAD, Madras, 1932, p.4.
“Sangat mustahil bagi seseorang yang memperlajari karakter Nabi Bangsa Arab, yang mengetahui bagaimana ajarannya dan bagaimana hidupnya untuk merasakan selain hormat terhadap beliau, salah satu utusan-Nya. Dan meskipun dalam semua yang saya gambarkan banyak hal-hal yang terasa biasa, namun setiap kali saya membaca ulang kisah-kisahnya, setiap kali pula saya mersakan kekaguman dan penghormatan kepada sang Guru Bangsa Arab tersebut.”

Bosworth Smith, MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM, London, 1874, p. 92.
“Dia adalah perpaduan Caesar dan Paus; tapi dia adalah sang Paus tanpa pretensinya dan seorang caesar tanpa Legionnaire-nya: tanpa tentara, tanpa pengawal, tanpa istana, tanpa pengahasilan tetap; jika ada seorang manusia yang pantas untuk berkata bahwa dia-lah wakil Tuhan penguasa dunia, Muhammad lah orang itu, karena dia memiliki kekuatan meski ia tak memiliki segala instrument atau penyokongnya.”

John William Draper, M.D., L.L.D., A History of the Intellectual Development of Europe, London 1875, Vol.1, pp.329-330
“Empat tahun setelah kematian Justinian, pada 569 AD, telah lahir di Mekkah Arabia seorang manusia yang sangat besar pengaruhnya terhadap ummat manusia . Muhammad”

John Austin, “Muhammad the Prophet of Allah,” in T.P. ‘s and Cassel’s Weekly for 24th September 1927.
Dalam kurun waktu hanya sedikit lebih dari satu tahun, ia telah menjadi pemimpin di Madinah. Kedua tangannya memegang sebuah tuas yang siap mengguncang dunia.

Professor Jules Masserman
“Pasteur dan Salk adalah pemimpin dalam satu hal (intelektualitas-pen).Gandhi dan Konfusius pada hal lain serta Alexander, Caesar dan Hitler mungkin pemimpin pada kategori kedua dan ketiga (reliji dan militer pen.). Jesus dan Buddha mungkin hanya pada kategori kedua. Mungkin pemimpin terbesar sepanjang masa adalah Muhammad, yang sukses pada ketiga kategori tersebut. Dalam skala yang lebih kecil Musa melakukan hal yang sama.”

——————————————————————————–

Artikel : Apa Kata Mereka?

Filed under: Artikel, Islam, Pemimpin Dunia — fisan @ 3:56 am

Lawrence Braoun berkata: “Apabila bangsa Arab sebagai basis umat Islam dan negara-negara Islam seluruh dunia bersatu, maka mereka akan membahayakan kita dan seluruh dunia. Kalau mereka tetap berpecah belah, mereka tidak punya arti dan kekuasaan apapun. Kita bebas untuk menginjak dan menyeret mereka. Karena itulah, bangsa Arab dan kaum Muslimin seluruh dunia harus tetap berpecah belah, agar mereka tetap dalam tidur dan kebodohannya” .

Arnold Toynbee berkata: “Sesungguhnya persatuan Islam itu ibarat orang yang sedang tidur nyenyak, namun kita harus waspada bahwa orang yang tidur itu sewaktu-waktu bisa bangun” .

Moro Berger berkata: “Sejarah membuktikan bahwa kekuatan Arab berarti kekuatan Islam, maka dari itu hancurkanlah bangsa Arab, bersamaan dengan kehancurannya, hancur pula Islam di seluruh dunia” .

W. K. Smith (orientalis Amerika), berkata: “Apabila kaum Muslimin diberi kebebasan dalam dunia Islam, dan hidup dalam alam demokrasi, maka pasti Islam akan meraih kemenangan. Hanya dengan sistem diktator sajalah umat Islam dapat kita kacaukan, dan mereka akan asing dengan agamanya” .

Pemimpin majalah ‘Times’ (sebuah majalah Amerika), berkata: “Untuk mencegah hadirnya kesadaran dalam diri umat Islam, maka kita harus menjadikan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, menjadi negara diktator militer. Dengan demikian kita akan dapat mencapai kemenangan terhadap bangsa Arab dan peradabannya” .

Fidel Castro memberikan nasehat kepada Israel yang berbunyi: “Israel harus berusaha keras jangan sampai gerakan gerilyawan Palestina itu menganut ajaran Islam. Karena ia akan memberikan kobaran semangat seperti yang biasa dikenal dalam masyarakat Islam. Sesungguhnya semangat agama Arab ini akan mempolarisasikan semua jamaah Islam yang lain, sehingga mustahil bagi Israel untuk memelihara eksistensinya. Juga saya peringatkan, agar Israel berusaha keras menjadikan negara Arab sekitarnya menjadi negara-negara sosialis, untuk menemukan kerjasama secara damai antara sosialis Arab dan sosialis Israel”

Lawrence Braoun berkata: “Selama ini para pemimpin kami menakut-nakuti kami dari ancaman berbagai bangsa. Namun setelah kami teliti dengan seksama, ternyata rasa takut kami itu tidak beralasan. Mereka menakut-nakuti kami dengan bangsa Yahudi yang berbahaya, bangsa ‘kuning’ dari Jepang yang beracun, dan bahayanya bangsa ‘merah’ (Bolsyewik – Komunis). Kenyataannya, kaum Yahudi menjadi kawan karib kami, kaum komunis menjadi sekutu kami, dan bangsa Jepang … untuk yang satu ini, sudah ada negara demokrasi besar yang menjamin akan menaklukannya. Ternyata, bahaya terbesar yang kami temui adalah Islam. Hanya dialah musuh sebenarnya bagi kami, baik dalam penyebaran atau di dalam setiap sistem yang ada, maupun dalam semangatnya yang sangat menakjubkan” .

Moroe Barger berkata: “Sebenarnya ketakutan kami dari bangsa Arab, dan perhatian kami yang berlebih-lebihan kepada bangsa itu, bukan lantaran adanya kekayaan alam berupa ladang-ladang minyak yang melimpah ruah itu, akan tetapi lantaran Islamnya” Kami wajib dan berupaya sekuat tenaga dan kemampuan yang ada, untuk merintangi bersatunya bangsa Arab, yang bisa menguatkan mereka. Karena, bersatu dan kuatnya bangsa itu, berarti bersatu dan kuatnya Islam di seluruh dunia, maka itu berarti kejayaan dan kebangkitan Islam akan segera tumbuh .

Philip Foundatie (seorang Perancis) berkata: “Adalah menjadi kewajiban bagi bangsa Perancis untuk melawan dan menghancurkan Islam di dunia ini, dan menerapkan politik bermusuhan dengan agama itu, serta berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghalangi penyebaran dan kebangkitannya” .

Keimon (seorang orientalis Perancis) berkata: “Menurut hemat saya, adalah menjadi kewajiban bagi kita untuk memusnahkan seperlima umat Islam, menghukum sisanya melakukan kerja paksa, menghancurkan Ka’bah di Mekkah, dan memindahkan mayat Muhammad di Medinah ke musium Le Louvre di Paris” .

Sebuah media massa barat yang menyatakan: “Tidak diragukan lagi bahwa tugas misi dalam merusak dan mengaburkan aqidah Islam telah menemui kegagalannya. Tetapi tujuan ini bisa dicapai melalui Perguruan-perguruan Tinggi di Barat (juga semua perguruan dan sekolah atau yang semacamnya maupun segala lembaga yang dapat dikuasai atau dipengaruhi oleh Kristen/Yahudi/Israel di dunia ini; peny.). Untuk itu hendaknya dipilih mahasiswa-mahasiswa (orang-orang; peny.) yang mempunyai watak yang lemah dan tidak mempunyai kepribadian serta moral yang rusak dari negara-negara Timur, khususnya dari dunia Islam, agar mereka diberi beasiswa (akses-akses, bantuan-bantuan, kemudahan-kemudahan, sarana dan prasarana, dll.; peny.), sehingga mereka itu bisa menyandang gelar (mendapatkan posisi yang menguntungkan/strategis atau mempunyai pengaruh yang luas dan kuat di masyarakat; peny.), agar mereka bisa membawa misi yang tidak diketahui (oleh orang-orang tersebut; peny.). Agar mereka membina dan mewarnai tingkah laku sosial dan politik di negara-negara Islam (dengan tingkah laku yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi dinyatakan oleh orang-orang tersebut sebagai ajaran Islam; peny.). Kami (Kristen/Yahudi/Israel; peny.) berkeyakinan bahwa Perguruan-perguruan Tinggi barat (juga semua perguruan dan sekolah atau yang semacamnya maupun sebagai lembaga yang dapat dikuasai atau dipengaruhi oleh mereka di dunia ini; peny.) harus menggunakan kesempatan yang sebaik-baiknya terhadap dunia Timur (Islam; peny.) yang tergila-gila dengan gelar-gelar ilmiah (maupun gelar-gelar lainnya yang dapat menyatakan bahwa orang-orang itu lebih dari orang-orang kebanyakan yang kemudian orang-orang itu dapat pergunakan untuk memperoleh kenikmatan duniawi semata-mata yang berlimpah-limpah – dengan mengabaikan ajaran-ajaran Islam; peny.). Menggunakan mereka sebagai dosen dan intelektual (serta sebagai pengambil keputusan, tokoh masyarakat, dll.; peny.) yang membawa misi (Kristen/Yahudi/Israel dalam rangka menghancurkan Islam; peny.) adalah sangat menguntungkan terhadap tujuan kita (Kristen/Yahudi/Israel;peny.) dengan dalih memajukan (membantu, bersahabat, dll.; peny.) Islam dan orang-orang Islam.” (Catatan: semua orang-orang Islam, tokoh-tokoh Islam, ilmuwan-ilmuwan Islam, pedagang-pedagang Islam, bankir-bankir Islam, anak-anak Islam, suami-suami Islam, isteri-isteri Islam, dll. yang murni, yang sejati, yang dengan sungguh-sungguh berjuang menegakkan kebenaran Allaah S. W. T.. di segala bidang kehidupan ini, yang pasti bertentangan kepentingan dengan Kristen/Yahudi/Israel, dibantai habis-habisan dengan mempergunakan segala cara yang mungkin dilakukan oleh mereka, termasuk mempergunakan tangan-tangan orang-orang Islam sendiri yang lemah imannya atau anak-anak kecil atau perempuan-perempuan atau orang-orang lemah atau semua orang yang dapat terhasut untuk membela kepentingan Kristen/Yahudi/Israel; peny.) .

Pernyataan Paus Innocent III bahwa Islam adalah agama “Anti Christ” pada tahun 1050 M , yang bunyinya adalah bahwa agama Islam adalah agama Bid’ah dari Kristen/Yahudi/Israel, sehingga disusun rencana dan strategi penghancuran dan penghapusan Islam di seluruh dunia, yang mana sedemikian canggih dan halusnya sehingga sebagian besar umat Islam yang lemah ilmu dan lemah iman ikut-ikutan menjalankan strategi dan rencana tersebut, bahkan sampai-sampai, ulama tingkat tinggi banyak juga yang terpengaruh ikut-ikutan menjalankan strategi dan rencana tersebut.

Seorang pastor dalam konperensi pastor, Samuel Zwemer berkata: “Sebenarnya kami mengutus dan membebankan anda sekalian ke negara-negara Muhammadiyah (Islam), bukan dengan tujuan untuk mengkristenkan mereka, karena hal itu adalah suatu kehormatan. Mereka tidak pantas untuk menerimanya. Sebenarnya tugas kalian adalah mengeluarkan orang-orang Muslim dari agamanya, agar mereka menjadi mahluk yang putus hubungannya dengan Allaah S. W. T.. Dengan demikian terputus pula ciri (akhlaq) Islam dari dirinya, yang menjadi sendi dan fondasi dasar dalam kehidupannya. Dengan jerih payah kalian itu, kalian telah menjadi pelopor kemenangan dalam penjajahan dalam negara-negara Islam. Kalian telah berhasil mencuci otak mereka sehingga mereka mau menerima dan menjalankan segala rencana dan siasat kita untuk mengeluarkan mereka dari Islam. Kami menginginkan kalian berhasil membuat generasi penerus mereka menjadi generasi santai yang suka membuang waktu dan bermalas-malasan. Memburu hawa nafsu dengan berbagai cara, sehingga hawa nafsu itu merupakan tujuan utama kehidupannya, dan mempertuhankan hawa nafsunya, dan kalau mereka menduduki jabatan penting, juga untuk kepentingan hawa nafsunya. Mereka korbankan segala-galanya untuk kepentingan hawa nafsu. Wahai para pastor! Laksanakan dan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya tugas yang telah diembankan kepada kalian, dan pasti kalian akan berhasil dengan gemilang”. Demikianlah pernyataannya, yang diwujudkan dengan memupuk rasa kecewa, frustasi, pesimistis, dan putus asa terus dipompakan. Mabuk-mabukan, diskotik, film porno dan sex bebas dibudayakan, sehingga generasi Islam terlena dan terhanyut sampai jauh dari cita-cita semula yang luhur, hingga aqidah sebagai senjata ampuh yang terakhir ditanggalkan satu demi persatu .

Kardinal Simon (orang kedua setelah Paus di Vatikan), menyatakan: “Andai umat Islam itu bersatu padu di seluruh dunia, dan menyatukan seluruh aspirasinya, saling bantu untuk melepaskan diri dari cengkeraman bangsa Eropa (Kristen/Yahudi/Israel; peny.), lalu mereka berkiblat dan mematuhi segala syariatnya (Islam, peny.), maka mereka akan mampu bangkit dan mengalahkan kita (Kristen/Yahudi/Israel; peny.). Dan wajiblah bagi kita (Kristen/Yahudi/Israel; peny.) untuk menyusun program demi memecah belah, menghalangi kebangkitan mereka (Islam; peny.) .

Eks PM Inggris, James Callaghan berkata dalam wawancara tentang konperensi Qoud Lobby: “Sebenarnya di antara topik yang hendak dibicarakan ialah masalah Iran”. Ditegaskan kemudian: “Masalah Iran itu mempunyai akar yang mendalam dan kuat, karena kita juga harus membicarakan masalah Turki, Pakistan dan Timur Tengah”. Ditegaskan lagi: “Memang sulit bagi anda untuk memahami apa yang terjadi dalam masalah ini. namun saya sebagai seorang Kristen yang murni, akan mengatakan kepadamu: “Di sana ada musuh terbesar yang harus kami musnahkan, sampai ke akar-akarnya. Dia senantiasa menghalangi setiap rencana dan gagasan kami. Musuh kami itu adalah Aqidah (ajaran Islam; peny.), oleh sebab itulah dalam konperensi kali ini, kami fokuskan pada masalah yang sangat vital itu” .

Ben Gaurion seorang Kristen/Yahudi/Israel berkata: “Tidak ada yang paling menakutkan saya selain kalau dunia Arab akan melahirkan seorang Muhammad baru” .

November 3, 2006

Profile : Malcolm X – Letter from Mecca; April 1964

Filed under: Artikel, Kisah Islami, Mujahid, Profile, Tokoh Islam — fisan @ 8:38 am

Never have I witnessed such sincere hospitality and overwhelming spirit of true brotherhood as is practiced by people of all colors and races here in this Ancient Holy Land, the home of Abraham, Muhammad and all the other Prophets of the Holy Scriptures. For the past week, I have been utterly speechless and spellbound by the graciousness I see displayed all around me by people of all colors.

I have been blessed to visit the Holy City of Mecca. I have made my seven circuits around the Ka’ba, led by a young Mutawaf named Muhammad. I drank water from the well of the Zam Zam. I ran seven times back and forth between the hills of Mt. Al-Safa and Al-Marwah. I have prayed in the ancient city of Mina, and I have prayed on Mt. Arafat.

There were tens of thousands of pilgrims, from all over the world. They were of all colors, from blue-eyed blonds to black-skinned Africans. But we were all participating in the same ritual, displaying a spirit of unity and brotherhood that my experiences in America had led me to believe never could exist between the white and non-white.

America needs to understand Islam, because this is the one religion that erases from its society the race problem. Throughout my travels in the Muslim world, I have met, talked to, and even eaten with people who in America would have been considered ‘white’–but the ‘white’ attitude was removed from their minds by the religion of Islam. I have never before seen sincere and true brotherhood practiced by all colors together, irrespective of their color.

You may be shocked by these words coming from me. But on this pilgrimage, what I have seen, and experienced, has forced me to re-arrange much of my thought-patterns previously held, and to toss aside some of my previous conclusions. This was not too difficult for me. Despite my firm convictions, I have always been a man who tries to face facts, and to accept the reality of life as new experience and new knowledge unfolds it. I have always kept an open mind, which is necessary to the flexibility that must go hand in hand with every form of intelligent search for truth.

During the past eleven days here in the Muslim world, I have eaten from the same plate, drunk from the same glass, and slept in the same bed (or on the same rug)–while praying to the same God–with fellow Muslims, whose eyes were the bluest of blue, whose hair was the blondest of blond, and whose skin was the whitest of white. And in the words and in the actions in the deeds of the ‘white’ Muslims, I felt the same sincerity that I felt among the black African Muslims of Nigeria, Sudan, and Ghana.

We were truly all the same (brothers)–because their belief in one God had removed the white from their minds, the white from their behavior, and the white from their attitude.

I could see from this, that perhaps if white Americans could accept the Oneness of God, then perhaps, too, they could accept in reality the Oneness of Man–and cease to measure, and hinder, and harm others in terms of their ‘differences’ in color.

With racism plaguing America like an incurable cancer, the so-called ‘Christian’ white American heart should be more receptive to a proven solution to such a destructive problem. Perhaps it could be in time to save America from imminent disaster–the same destruction brought upon Germany by racism that eventually destroyed the Germans themselves.

Each hour here in the Holy Land enables me to have greater spiritual insights into what is happening in America between black and white. The American Negro never can be blamed for his racial animosities–he is only reacting to four hundred years of the conscious racism of the American whites. But as racism leads America up the suicide path, I do believe, from the experiences that I have had with them, that the whites of the younger generation, in the colleges and universities, will see the handwriting on the walls and many of them will turn to the spiritual path of truth–the only way left to America to ward off the disaster that racism inevitably must lead to.

Never have I been so highly honored. Never have I been made to feel more humble and unworthy. Who would believe the blessings that have been heaped upon an American Negro? A few nights ago, a man who would be called in America a ‘white’ man, a United Nations diplomat, an ambassador, a companion of kings, gave me his hotel suite, his bed. … Never would I have even thought of dreaming that I would ever be a recipient of such honors–honors that in America would be bestowed upon a King–not a Negro.

All praise is due to Allah, the Lord of all the Worlds.

Sincerely,

El-Hajj Malik El-Shabazz
(Malcolm X)

(more…)

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.