Tubuhku Adalah Milikku
Refleksi Oleh : Redaksi 11 May 2006 – 5:30 pm
Wardiman Sujatmoko
Ada sebagian wanita yang berpendirian, karena tubuhnya adalah miliknya maka ia bebas memperlakukan tubuhnya itu, bebas menampilkan tubuhnya melalui dandanan yang sesuai dengan keinginannya di depan publik.
Kisah nyata berikut ini terjadi di sebuah apotek di bilangan Jakarta Barat. Seorang wanita muda masuk ke dalam apotek dan langsung menuju petugas penerima resep. Ia berpenampilan seksi, dengan rok pendek dan kaus ketat membalut sebagian tubuhnya sehingga masih nampak bagian perut (pusar).
Setelah menyerahkan resep dokter, ia mengambil tempat duduk persis di sebelah laki-laki muda yang sejak awal mengikuti kedatangan wanita muda ini dengan tatapan matanya.Dengan suara perlahan namun dapat didengar orang di sekitarnya, lelaki muda itu membuka percakapan, “mbak tarifnya berapa?”
Si perempuan muda nampak terkejut. Ia menatap dengan marah kepada lelaki tadi. Kemudian dengan nada ketus menjawab, “saya bukan pelacur, bukan wanita murahan…”!!Si lelaki muda tak kurang marahnya. “Siapa yang bilang mbak pelacur atau wanita murahan. Saya cuma menanyakan tarif, karena cara mbak berdandan seperti sedang menjajakan sesuatu.”
Terjadi ‘perang mulut’ yang membuat pengunjung apotek ikut menyaksikan. Dengan nada tinggi si wanita muda berkata ketus, “tubuh saya milik saya, saya bebas mau ngapain aja dengan tubuh ini, dasar pikiranmu saja yang kotor…”
Si lelaki muda tak mau kalah. “Saya bebas menggunakan mata saya. Saya juga bebas menggunakan mulut saya termasuk untuk menanyakan berapa tarif kamu. Saya juga bebas menggunakan pikiran saya…”
Si wanita muda tak kehabisan argumen. “Saya bisa melaporkan kamu ke polisi dengan tuduhan telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan.”
“Silakan,” kata si lelaki. “Saya juga bisa menuntut kamu dengan tuduhan melakukan perbuatan tidak menyenangkan, antara lain karena kamu telah mengganggu ketenangan ‘adik’ saya. Kamu ke apotek mau menebus obat atau mau membangunkan ‘adik’ saya?”
Mungkin karena malu, si wanita muda itu sekonyong-konyong meninggalkan apotek, padahal urusannya sama sekali belum selesai. Sedangkan si lelaki, setelah selesai dengan urusannya ia pergi ngeloyor dengan wajah bersungut-sungut.
Sumber: Harian BERITA KOTA, edisi Rabu, 10 Mei 2006, Kapling Rakyat, hal. 10.
Assalamu’alaikum …
salam kenal mas…
http://dhawi1986.wordpress.com
Komentar oleh Muwahhidin Firdaus — Desember 26, 2008 @ 6:31 am
Assalamu’alaykum
yah memang begitulah keadaanya…HAK ASASI MANUSIA yang disalah gunakan, padahal HAK ASASI MUSLIM yang setinggi-tingginya. Namun menilik keadaan di Indonesia yang keBARAT-BARATAN ini. cukup pelik ya untuk mengatakan bahwasanya SITU OKE PAKAI BEGITUAN, SINI ENEG LIATNYA!!!
eh he he..saya aja yang wanita ENEG ya liat cewek apa nama ya… lacur ga mau dibilang, sexy kok jadi tambah PE DE, yah bingung lah… mungkin mereka berkiblat pada mode nya komunitas RAGUNAN yang memang tidak suka berpakaian, namun terkadang topeng monyet saja mau ya dipakaikan pakaian layak…ngerti kan ya pakaian layak…
yah jadi begitu aja deh…
Komentar oleh ummuhabibah — Januari 19, 2009 @ 4:16 am
emang ya jaman sekarang ga ada malu, pemerintah kayaknya perlu pasang trantib dimana-mana buat nyiduk pelaku pornografi n pornoaksi yang ternyata bukan cuma para artis aja.
Komentar oleh alice — Februari 24, 2009 @ 6:09 am
berani bener tuh cowok..
Komentar oleh ochin — April 6, 2009 @ 11:09 pm
Great article! We will be linking to this great article on our site.
Keep up the good writing.
Holley
Komentar oleh Holley — Oktober 28, 2012 @ 6:18 am