Try to find the Light

Januari 31, 2006

SABRINA

Filed under: Puisi — fisan @ 9:04 pm

Sabrina, begitu orang tuamu memberi nama
Sabrina, perempuan yang sabar, karena kedua orang tuamu sabar menunggu kehadiranmu.
Sabrina, cukupkah bagimu sembilan bulan mendapatkan cinta dari orang tuamu?
Sabrina, tak sabar kedua orang tuamu menunggu kehadiranmu dan ingin segera memeluk dan mengasihimu.

 

Tetapi, belum juga kedua orang tuamu memelukmu,
Sabrina, ternyata Allah lebih mencintaimu.
Sabrina, Allah lebih ingin memelukmu dan mengasihimu.
Sabrina, Allah telah memilihmu sebagai bidadari Ibumu.

 

Sabrina, di tahun yang baru ini, 1 Muharram 1427 H,
dengan kesempurnaan ciptaan Allah,
kau tinggalkan ke dua orang tuamu,
dengan senyuman tersungging di bibirmu yang mungil

 

Sabrina, kaulah yang akan memberi minum ibumu yang sedang kehausan nanti di padang masyar.
Sabrina, kaulah yang akan membimbing ibumu menyebrangi shiratal mustaqim.
Sabrina, tunggulah ibumu di pintu gerbang Allah, gandenglah tangan ibumu yang sangat mengasihimu.
Sabrina, tuntunlah ibumu kehadapan Allah nanti, dan jadilah bidadari yang cantik

 

*dedicated to my sister, 1 Muharram 1427H

Januari 25, 2006

Picture : Tears

Filed under: Photo — fisan @ 12:22 am

Cerpen : Aku ingin Jatuh Cinta Lagi

Filed under: Blogroll, Cerita Cinta — fisan @ 12:05 am


“Aku ingin jatuh cinta lagi!” ucapku lirih di depan cermin. Keinginan dan dorongan hatiku untuk jatuh cinta lagi begitu kuat seperti muntahan yang terus mendorong keluar dari dalam perut untuk menghilangkan rasa mual.

Saat ini, aku sudah mempunyai seorang kekasih, namanya Juned. Juned yang kuliah di fakultas ilmu sosial dan politik yang menurut persepsiku sesuai dengan penampilannya. Rambut gondrong, jins belel, rokok di tangan, dan suka berdemonstrasi bila ada isu-isu sosial politik yang mencuat ke permukaan dan dianggap tidak sesuai hati nuraninya.Tapi, kadang Juned juga bisa seperti penghibur yang melemparkan canda nakal yang membuatku tertawa terpingkal. Juned tidak seganteng Ashton Kutcher tapi cukup membuatku tak bisa tidur. Juned bukan cowok berbadan atletis yang didamba setiap cewek untuk selalu berada dalam dekap hangatnya. Dia cenderung kurus tapi cukup membuatku aman berada di dekatnya.

Juned bukan cowok yang selalu memperhatikan penampilan bahkan bisa dibilang jarang mandi tapi cukup membuatku selalu merindunya. Juned yang begitu sederhana dan Juned yang apa adanya. Aku menyayangi Juned dan aku mencintainya hingga saat ini.

***

“Kenapa sih?” tanya Juned suatu hari. Kukernyitkan dahiku tanda tak mengerti ucapannya barusan.

“Kamu itu kenapa?” tanya Juned lagi.

“Maksudnya?” aku balik bertanya masih dengan tak mengerti maksudnya.

“Sebulan ini aku ngerasa kamu jadi aneh,” ucap Juned.

“Apa aku seperti monster, sampai-sampai kamu menganggap aneh diriku ini?” kulemparkan canda. Tapi aneh, Juned tak menanggapi seperti biasanya.

“Aku serius!” pandangan mata Juned seperti memaksa meminta jawaban. Kami terdiam sejenak. Aku ragu.

“Aku ingin jatuh cinta, Jun!” akhirnya keluar juga kata-kata itu dari mulutku setelah sebulan berusaha menyembunyikan hal ini darinya. Rasanya lega sekali setelah mengucapkan kata-kata itu. Kubayangkan reaksi Juned, dia bakal kaget dan marah tapi ternyata tidak. Juned diam saja. Hanya sedikit kaget terlihat dari air mukanya. Di saat seperti ini, keheningan sejenak menjadi teror sepi yang berkepanjangan.

“Pit, aku mencintaimu… sangat mencintaimu dan kamu tahu itu.” Kuanggukkan kepalaku.

“Saat ini, kamu memang pacarku, milikku. Tapi, hatimu tetap milikmu sendiri. Kamu berhak menentukan langkahmu sendiri. Berhak menentukan siapa yang kamu cintai.”

“Kamu nggak ngerti aku Jun!”

“Aku ngerti. Sangat mengerti dengan keinginanmu. Jangan memaksakan diri bersamaku bila kamu tak menginginkannya,” Juned beranjak pergi meninggalkanku.
“Juned tak mengerti apa yang kurasakan. Aku hanya ingin sensasi jatuh cinta itu datang lagi padaku. Rasa berdebar-debar bila menunggu kedatangannya seperti ilalang di tanah lapang menanti sang hujan di musim kemarau. Bukan seperti rutinitas menunggu sang mentari muncul dari arah timur saat pagi hari.

Aku ingin rasa kangen begitu menyerangku bila lama tak bertemu. Aku ingin rasa berbunga-bunga itu datang lagi saat senyuman manis dilemparkan ke arahku. Saat ini, aku hanya ingin jatuh cinta, itu saja. Apakah salah?

***

Hari ini aku sengaja menunggu Juned di kampusnya. Wajahnya yang kuyu masih saja kurindukan. Sedikit canggung memang setelah lama tak bertemu, tapi semuanya berjalan baik-baik saja.

“Sudah jatuh cinta lagi?” kalimat pertama yang meluncur dari mulut Juned.

“Sudah, malah berkali-kali!” jawabku.

“Kamu sendiri gimana?” sambungku.

“Aku nggak tahu Pit, rasanya aku tidak bisa jatuh cinta lagi. Aku berusaha melupakan kamu tapi tak pernah bisa. Semakin aku berusaha melupakanmu, bayanganmu makin lekat. Jadi, sekarang kubiarkan bayanganmu merajai diriku tanpa berusaha menghilangkannya. Orang bilang waktu yang kelak akan menghapusnya. Tapi, aku juga masih meragukan apakah kelak waktu benar-benar bisa menghapusnya. Sampai saat ini, detik ini, aku masih sayang kamu Pit.” Kata-kata Juned meluncur begitu saja seperti kereta api express yang tak pernah berhenti di stasiun-stasiun kecil. Tapi, nadanya makin melemah seperti orang yang sudah kehilangan harapan. Di sudut hatiku, ada rasa bahagia yang meletup-letup. Juned masih sayang dengaku.

“Jun, aku jatuh cinta padamu berkali-kali!”

“Benar Pit yang barusan kamu ucapkan? Kamu sedang tidak mempermainkan aku kan?” Juned menggoyang-goyangkan bahuku, sepertinya Juned tidak percaya dengan apa yang kuucapkan dan dia terus mengulang pertanyaannya.

Aku mengangguk. Bukankah cinta seperti ini yang diinginkan setiap orang? Jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama. Terlihat jelas rona bahagia di wajah Juned, tapi bukan Juned kalau dia tidak bisa menahannya. Tidak langsung memelukku seperti yang aku lihat di film-film, tapi aku tahu kalau Juned benar-benar menyayangiku. Aku mencintai Juned dengan segala kesederhanaannya.

-disadur dari milis HanyaWanita

Januari 22, 2006

Film : “Al Jannah Al Aan”, Film Pertama Melacak Jejak Pelaku Bom Syahid di Palestina

Filed under: Blogroll, Movie, Review — fisan @ 8:40 pm

Pengen banget nonton film ini.. di Golden Globe, Berlin International Film Festival, European Film Awards, dll sudah memenangkan banyak awards.

Kalo mo liat pembahasan yang dikutip oleh eramuslim.com kesinih ajah…
http://paradise-now-movie.blogspot.com/

Film Drama Perjuangan Palestina yang Banyak Menerima Penghargaan. Kisah di film ini adalah kisah tentang proses perjalanan eksekutor bom syahid pemuda Palestina.

Buku : “Ketika Cinta Berbuah Surga”

Filed under: Buku Islami, Review — fisan @ 7:44 am

Karangan Habiburrahman El Shirazy; penerbit MQS Publishing.

Catatan penulis :
“Buku ini memuat 29 kisah pilihan yang diambil dari Hadits Nabi, kisah-kisah zaman Nabi, zaman tabi’in dan kisah keteladanan dari berbagai belahan dunia islam. Juga diambil dari fabel terkenal yang termaktub dalam kitab Al-Qiraah Al-Rasyidah”

Kalo mo tau sekilas isi buku ini, kesini ajah
http://cintabuahsurga.blogspot.com/

Kegiatan : Miniature “Relaxative Moments”

Filed under: Kegiatan Islami — fisan @ 5:37 am


Kemarin waktu seharian di PIM.. Niatnya mo belanja sepatu, tapi gak ada yang cocok… Sekalian ngerayain ultahnya Rina n Rini. Lumayan gue sama Sari bisa makan gratis… Akhirnya cuma belanja seperti puzzle, miniatur gitu di Tokubetsu. En, hari ini gue ngerjain tuh puzzle then YES! berhasil… Hari ini berhasil buat prakarya hehehhehe…. ribeut banget! sampe peuegeul bangeut ngerjainnya… Tapi lumayan seneng juga pas udah ngeliat hasilnya…. Jadi pengen cari lagi… Bisa jadi hobi baru nih…

Januari 21, 2006

Buku : Review Novel “Cinta yang Terlambat”

Filed under: Buku Islami, Review — fisan @ 8:23 am

Subhanallah! Ceritanya bagus banget… Cinta perempuan yang lembut dan laki-laki yang tabah. Konflik nya tegang dan alur ceritanya lancar dan tidak ada yang menggantung, makanya nih buku dengan 523 halaman bisa selesai dibaca dalam 2 hari, padahal cuma disempetin baca pas berangkat kerja di bis en sebelum tidur… Hampir ajah tadi pagi ditinggal temen2 janjian ngerayain ulang tahun salah satu temen di PIM, gara-gara keasyikan baca nih buku…

“Aku mencintaimu bukan karena aku membutuhkanmu… aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu,” Aariz membisikkan kata-kata itu dengan lembut

“Andai saja kamu cinta pertamaku,” Aariz bergumam. “Itu tidak membuatku sedih,” Zeest memasukkan tangannya ke seputar pingganya. “Beruntunglah laki-laki yang menjadi cinta pertama seorang perempuan tetapi lebih beruntung perempuan yang menjadi cinta terakhir seorang laki-laki”Cerita romans tapi didalamnya mengandung dakwah tentang hijab yang sangat dalam dan bermakna.

Kutipan 1:
“Pak Javeed, pertama-tama, selamat kepada Anda kalau istri anda mengenakan hijab. Anda harus bangga mempunyai istri sebaik itu.”

“Bagaimana perasaan anda tentang hijab, maksud saya sebagai seorang suami”

“Sebenarnya anda memahaminya, itu memberi saya perasaan puas bahwa mata-mata yang kotor tidak dapat mengidentifikasi istri saya, mengenalinya, dan menilainya” Javeed berkata dengan nada gembira.

“Namun bukan itu saja” dia melanjutkan, “percayalah kepadaku… itu rasanya sangat menyenangkan dan menarik. Ketika istri saya yang tertutup rapat di depan orang lain, membuka rambut dan badannya di depan saya, hanya di depan saya. Itu memberikan rasa unik kepada saya, satu rasa kepuasan, kepemilikan. Ya, ia hanya milik saya, ia begitu menarik tetapi daya tariknya hanya untuk saya. Setiap kali saya melihatnya dalam kondisi yang baru. Itu sungguh menggoda, bahkan sensual tetapi dengan cara yang suci. Ia tidak pernah kehilangan pesona dan daya tariknya menurut saya, ia selalu seperti pengantin baru bagi saya. Karena sudah benar-benar puas terhadapnya, saya tidak pernah merasakan ada ketertarikan kepada perempuan lain”

Kutipan 2 Debat ttg Hijab:

“Apakah anda salat?”

“ya, saya shalat, kadang-kadang” dijawab dengan sangat gugup

“Dapatkah anda mendirikan shalat tanpa menutup kepala, rambut dan badanmu?”

“Tentu saja tidak”

“Kemudian kenapa Allah menjadikannya wajib bagi perempuan hingga dia harus mengenakan hijab saat shalat meskipun ia sendirian atau tanpa laki-laki di dekatnya?”

“Jelaskanlah, kenapa Allah… ALLAH yang paling dekat kepada kita menginginkan kita tertutup rapat saat kita melaksanakan shalat?”

“Saya… saya tidak tau, tapi jangan anggap saya adalah seorang pesimis ttg hijab, namun, saya sungguh mengeluhkan tentang cara kalian, kaum fanatik, menggunakannya”

“Seorang pesimis ialah seorang yang mengeluh tentang kebisingan ketika seorang optimis mengetuk”

“Saudara saudari sekalian, Allah menghendaki perempuan mengenakan hijab ketika ia shalat hanya lantaran Allah menyukai ia dalam bentuk sempurna dan terbaiknya saat menghadap dihadapan NYA dalam shalat, sebab ia tidak sempurna tanpa hijab dan penutup”

Januari 18, 2006

Artikel : SUARA EMAS DARI ETHIOPIA

Filed under: Artikel, Kisah Islami — fisan @ 8:08 pm

Suatu malam, jauh sepeninggal Rasulullah, Bilal bin Rabbah, salah seorang sahabat utama, bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, Bilal bertemu dengan Rasulullah.”Bilal, sudah lama kita berpisah, aku rindu sekali kepadamu,” demikian Rasulullah berkata dalam mimpi Bilal.”Ya, Rasulullah, aku pun sudah teramat rindu ingin bertemu,” kata Bilal masih dalam mimpi-Nya. Setelah itu, mimpi tersebut berakhir begitu saja. Dan Bilal bangun dari tidurnya dengan hati yang gulana. Ia dirundung rindu.Keesokan harinya, ia menceritakan mimpi tersebut pada salah seorang sahabat lainnya. Seperti udara, kisah mimpi Bilal segera memenuhi ruangan kosong di hampir seluruh penjuru kota Madinah. Hari itu, Madinah benar-benar terbungkus rasa haru. Kenangan semasa Rasulullah masih bersama mereka kembali hadir, seakan baru kemarin saja Rasulullah tiada. Satu persatu dari mereka sibuk sendiri dengan kenangannya bersama manusia mulia itu.

Menjelang senja, penduduk Madinah seolah bersepakat meminta Bilal mengumandangkan adzan Maghrib, padahal Bilal sudah cukup lama tidak menjadi muadzin sejak Rasulullah tiada. Seolah, penduduk Madinah ingin menggenapkan kenangannya hari itu dengan mendengar adzan yang dikumandangkan Bilal. Akhirnya, setelah diminta dengan sedikit memaksa, Bilal pun menerima dan bersedia menjadi muadzin kali itu. Senjapun datang mengantar malam, dan Bilal mengumandangkan adzan. Tatkala, suara Bilal terdengar, seketika, Madinah seolah tercekat oleh berjuta memori. Tak terasa hampir semua penduduk Madinah meneteskan air mata. “Marhaban ya Rasulullah,” bisik salah seorang dari mereka.

Sebenarnya, ada sebuah kisah yang membuat Bilal menolak untuk mengumandangkan adzan setelah Rasulullah wafat. Waktu itu, beberapa saat setelah malaikat maut menjemput kekasih Allah, Muhammad, Bilal mengumandangkan adzan. Jenazah Rasulullah, belum dimakamkan. Satu persatu kalimat adzan dikumandangkan sampai pada kalimat, “Asyhadu anna Muhammadarrasulullah.” Tangis penduduk Madinah yang mengantar jenazah Rasulullah pecah. Seperti suara guntur yang hendak membelah langit Madinah.

Kemudian setelah, Rasulullah telah dimakamkan, Abu Bakar meminta Bilal untuk adzan. “Adzanlah wahai Bilal,” perintah AbuBakar. Dan Bilal menjawab perintah itu, “Jika engkau dulu membebaskan demi kepentinganmu, maka aku akan mengumandangkan adzan. Tapi jika demi Allah kau dulu membebaskan aku, maka biarkan aku menentukan pilihanku”. “Hanya demi Allah aku membebaskanmu Bilal,” kata Abu Bakar. “Maka biarkan aku memilih pilihanku,” pinta Bilal. “Sungguh, aku tak ingin adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah,” lanjut Bilal.”Kalau demikian, terserah apa maumu,” jawab Abu Bakar.

Bilal bin Rabah, terakhir melaksanakan tugasnya sebagai muadzin saat Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah. Saat itu, Bilal sudah bermukim di Syiria dan Umar mengunjunginya. Saat itu, waktu shalat telah tiba dan Umar meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan sebagai tanda panggilan shalat. Bilal pun naik ke atas menara dan bergemalah suaranya.

Semua sahabat Rasulullah, yang ada di sana menangis tak terkecuali. Dan di antara mereka, tangis yang paling kencang dan keras adalah tangis Umar bin Khattab. Dan itu, menjadi adzan terakhir yang dikumandangan Bilal, hatinya tak kuasa menahan kenangan manis bersama manusia tercinta, nabi akhir zaman.

————————————————————————————————

(Diambil dari milis An-Nahl, Samsung Indonesia)

Puisi : The Beauty of Woman

Filed under: Poem, Puisi — fisan @ 7:25 pm

“Beauty of a Woman”

The beauty of a woman
Is not in the clothes she wears,
The figure that she carries,
Or the way she combs her hair.

The beauty of a woman
must be seen from in her eyes,
Because that is the doorway to her heart,
the place where love resides.

The beauty of a woman
is not in a facial mole,
But true beauty in a woman
Is reflected in her soul.

It is the caring that she lovingly gives,
the passion that she shows

And the beauty of a woman
With passing years-only grows!

Profil : Mo tau yang merekomendasikan “Cinta yang Terlambat”?

Filed under: Profile — fisan @ 12:50 am

 

NIH DIA TEMANKU!

YUNI PURWANDARI
Putri Muslimah Condet Sejati yang cantik…

Older Posts »

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.