Try to find the Light

April 2, 2008

Air Mata Seorang Yusuf Qaradhawi

“Saya takut bila pujian-pujian itu menghilangkan dua pertiga pahala dan hanya tersisa sepertiganya… Saya lebih tahu kekurangan diri saya, daripada orang lain yang menilai saya.”


Itulah yang diucapkan DR Yusuf Al-Qaradhawi, dengan suara terisak sambil meneteskan air mata. Apa yang membuat ulama terkenal dunia ini menangis? Ternyata ia menangis karena dinisbatkan sebagai “Imam” oleh sekitar 100 tokoh Muslim dalam sebuah pertemuan antara Qaradhawi dengan para sahabat dan muridnya dari 30 negara, yang berlangsung di Qatar, akhir pekan kemarin, sebagai penghargaan atas berbagai ijtihad fiqihnya serta pengabdiannya kepada Islam dan kaum Muslimin selama ini.


Tangis Qaradhawi bukan tangis bahagia karena ia diberi gelar kehormatan sebagai “Imam” oleh rekan sejawat dan murid-muridnya-meskipun tanpa diberi gelar kehormatan “Imam” pun, eksistensi Qaradhawi sebagai ulama besar sudah diakui dunia-tapi air mata Qaradhawi adalah air mata kekhawatiran dan  tanda ketawadhuannya sebagai hamba Allah, yang hanya menginginkan keridhoan dan pahala dari Allah semata atas segala yang telah dilakukannya di dunia.

Sikap rendah hati seorang Qaradhawi tercermin saat dengan halus ia menolak gelar “Imam” itu. Ia mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan pujian, apalagi penghargaan. Karena pujian dan sanjungan bisa menghapus pahala amal seseorang di hari akhirat, dan menjadi penghalang dari pahala amalan yang dilakukan untuk mencari ridho Illahi.


Beliau mengutip sabda Rasulullah saw, “Tak seorang pejuang yang berjuang di jalan Allah, lalu ia memperoleh ghanimah, kecuali akan dipercepat dua pertiga pahalanya di akhirat, sisanya satu pertiga.
Tapi bila dia tidak mendapatkan ghanimah, pahalanya sempurna. ” (HR Bukhari).


Qaradhawi mengatakan, sebutan “Imam” untuk dirinya tidaklah tepat. “Saya demi Allah bukanlah pemimpin dan bukan seorang imam. Saya hanya seorang prajurit Islam, seorang murid dan akan tetap sebagai murid yang akan terus menuntut ilmu sampai detik terakhir usia saya,” ucap Qaradhawi.

Dengan segala kerendahan hatinya, ulama besar itu mengatakan bahwa dirinya masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Bahkan beliau minta maaf kepada siapa saja yang merasa sakit hati karena perkataan maupun perbuatannya.

“Manusia, bisa salah dan benar,” katanya sembari menegaskan kembali cita-cita utamanya untuk mati syahid di jalan Allah swt.


Subhanallah… betapa mulianya sosok seorang Yusuf Qaradhawi. Beliaulah contoh peribahasa “Ibarat padi, semakin berisi, semakin menunduk.”  Orang yang makin banyak ilmunya, makin makin pintar, makin kaya dan makin terkenal, akan makin rendah hati dan bijaksana. Bukannya malah sombong dan membanggakan dirinya.

 
Pernahkah kita menangis karena khawatir seperti Al-Qaradhawi ketika ada orang memuji atau memberi kita gelar kehormatan? Yang sering terjadi, kita menangis karena gembira atau bahagia , karena kita merasa banyak orang yang menghormati dan menyenangi kita, hingga kita dipuji, disanjung dan diberi gelar kehormatan.

Ah ….kerendahan hati seorang ulama besar seperti Qaradhawi ibarat setetes embun di padang gersang kehidupan dimana makin banyak orang yang lebih mengejar dunia, mengejar gelar kehormatan, mengejar kekayaan, tanpa menyadari bahwa semuanya itu kelak harus dipertanggunjawabkan di hadapan Allah swt.

 
Selayaknya para ulama lainnya mencontoh kepribadian DR Yusuf  Al-Qaradhawi. Yang konsisten memperjuangkan kepentingan kaum Muslimin, menegakkan ajaran Islam, berjuang di jalan Allah swt tanpa mengharapkan pujian dan gelar kehormatan. Semoga Allah swt senantiasa memberikan kesehatan dan melimpahkan kekuatan serta rahmat untuk beliau. Karena umat Islam masih membutuhkan tuntunan dan pengarahan dari ulama seperti beliau. aamiin.

Mengenang Empat Tahun Syahidnya Syaikh Ahmad Yasin

(Wafat 22-3-2004)

Menggerakan Dunia dari Kursi Roda

Dia adalah seorang mukmin yang merdeka meski seluruh hidupnya dibelenggu dengan terali besi. Itulah gambaran indah yang mencerminkan kehidupan Syaikhul Mujahidin, Guru para Mujahid dan perlawanan ini. Meskipun sebenarnya gambaran tersebut kalah indah dengan kalbunya yang menghembuskan kehidupan serta tekadnya yang tidak pernah lumpuh dan tidak terbelenggu oleh ikatan penjara. Beliau adalah cakrawala yang luas serta pikiran yang hidup yang tidak mengenal batas. Demikianlah kehidupannya di penjara dan begitulah kisahnya saat berada di medan dakwah dan perlawanan, seperti yang dituturkan oleh orang-orang yang mendampinginya, mengenai sosok yang tidak mampu bergerak, namun bisa menggerakkan dunia.

Tidak salah bila kemudian Dr. Kamal al Mishri, seorang kolomnis asal Mesir di situs islamonline menulis tentang sosok manusia istemewa ini dalam sebuah artikelnya dengan judul “Al Syaikh Yaseen .. Al ‘Aqid Alladzi Aqama al ‘Alam” (Syaikh Yasin .. Orang Lumpuh yang Membangunkan Dunia). Kata Kamal al Mishri, ketika Anda melihat (realita fisiknya) kemudian Anda mendengar capaian-capaian yang dihasilkan, Anda akan memahami betul firman Allah swt di dalam hadist qudsi, “Maka jika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Aku adalah penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku adalah tangannnya yang dia gunakan untuk memukul, dan Aku adalah kakinya yang dia gunakan untuk berjalan.” (HR. Bukhari).

Kalbu yang senantiasa menghembuskan nafas kehidupan bagi umat dan bangsanya serta tekad yang tak pernah kenal lumpuh dan belenggu ini telah menjadikan kata-katanya penuh hikmah bagi siapa saja yang mendengarnya, sekaligus menjadi rudal yang menggetarkan bagi musuh-musuhnya.

Dia bukanlah seorang presiden ataupun seorang raja. Dia hanyalah seorang lelaki lumpuh yang membangun ide perlawanan hingga menjadi sosok yang tidak disebut kecuali dengannya. Sampai hari ini, setiap orang baik lawan maupun kawan tetap menaruh hormat kepadanya. Namanya senantiasa disebut di seluruh dunia. Dialah Amir Mujahidin Palestina, mujahid Ahmad Yasin, gugur perlawanan yang gugur oleh tangan-tangan biadab Zionis Israel dalam serangan rudal dari pesawat heli tempur Apache buatan Amerika, selepas shalat subuh di masjid kota Gaza, Senin 22 maret 2004 lalu.

“Wahai anak-anakku, telah tiba saatnya kalian kembali kepada Allah swt., meninggalkan berbagai sorak kehidupan dan menyingkirkannya ke tepi jalan. Telah tiba saatnya kalian bangun dan melakukan salat subuh berjamaah, saatnya kalian menghiasi diri dengan akhlak mulia, mengamalkan kandungan al Qur’an, serta meneladani Muhammad saw.

Aku mengajak kalian wahai anak-anakku untuk shalat tepat waktu. Lebih dari itu, aku mengajak kalian, wahai anak-anakku, untuk mendekat kepada Nabi kalian yang agung.

Wahai para pemuda, aku ingin kalian mengenal dan menyadari makna tanggung jawab, tegar menghadapi kesulitan hidup, meninggalkan keluh kesah, menghadap kepada Allah swt., banyak meminta ampunan kepada-Nya agar Dia memberi rezeki kepada kalian, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Aku ingin kalian tidak terlena oleh saluran-saluran lagu audio visual, melupakan kata-kata yag mengobral cinta, serta menggantinya dengan kata amal, kerja, dan zikir kepada Allah. Wahai anak-anakku, kuharap kalian tidak sibuk dengan musik dan terjerumus ke dalam arus syahwat.

Wahai putriku, aku ingin kalian berjanji kepada Allah mempergunakan hijab secara benar. Aku meminta kalian berjanji kepada Allah peduli dengan agama dan Nabi kalian yang mulia. Jadikanlah ibunda kalian, Khadijah dan Aisyah, sebagai teladan. Jadikan mereka sebagai pelita hidup kalian. Haram hukumnya bagi kalian membuat usaha para pemuda untuk menjaga mata mereka menjadi kendur dan surut.

Kepada semuanya, aku ingin kalian bersiap-siap menghadapi segala sesuatu yang akan datang. Bersiaplah dengan agama dan ilmu pengetahuan. Bersiaplah untuk belajar dan mencari hikmah. Belajarlah bagaimana hidup dalam kegelapan yang pekat. Latihlah diri kalian agar dalam beberapa saat hidup tanpa listrik dan perangkat elektronik. Latihlah diri kalian agar dalam sementara waktu merasakan kehidupan yang keras. Biasakan diri kalian agar dapat melindungi diri dan membuat perencanaan untuk masa depan. Berpeganglah kepada agama kalian. Carilah sebab-sebabnya dan tawakallah kepada Allah.”

Itulah sepenggal pesan yang disampaikan pendiri dan tokoh spiritual Gerakan Perlawanan Islam Hamas ini, kepada anak-anak muda Palestina. Melalui kata-kata yang jelas dan tulus bersumber dari kalbu tanpa dibuat-buat, dengan spontanitas yang jujur serta kejelasan yang menerangkan jalan dan memimpin perjalanan, melalui berbagai makna kasih sayang yang dapat mengarahkan para pemuda dan menuntun mereka, beliau berbicara seraya membaca kondisi jiwa mereka. Beliau berbicara kepada mereka lewat realitas kondisi yang ada sehingga mampu membangun sebuah perjuangan yang membutuhkan keimanan dan kesiapan semaksimal mungkin. Lalu sisanya diserahkan kepada Allah swt.

Syaikh Ahmad Yasin adalah sosok manusia intimewa dan unik pada zamannya, tokoh besar dan bintang bagi orang-orang sejenisnya, menjadi cahaya bagi rekan-rekannya, sosok menakjubkan bagi mereka yang hidup di masanya, perhiasan bagi tokoh setarafnya, pahlawan di era kekalahan, pemberani di tengah iklim ketakutan, pemimpin di samudera kelemahan, raksasa di tengah kehinaan, kemuliaan di medan kerendahan. Sosok yang menjadi harapan di tengah segala kebuntuan, sosok ketegaran dalam menghadapi kekalahan dan keruntuhan. Dia adalah pribadi yang memiliki hikmah di tengah kerancuan, ketergelinciran akal, kebutaan mata hati dan keimanan di tengah-tengah suasana keterkoyakan dan hilangnya identitas. Dia adalah sosok yang meneguhkan keyakinan pada pertolongan Allah dan janji-Nya terhadap kaum mukmin di tengah kegelapan, kesesatan, kebencian para musuh, dan kecemasan jiwa.

Seperti diungkapkan Prof. Dr. Taufiq Yusuf al Wa’i, dalam karyanya “Qaadat al-Jihaad al-Filistiini fii al-Ashr al-Hadiits: Kifaah, Tadhiyyah, Butuulaat, Syahaadaat”, semua gambaran di atas terdapat pada sosok lumpuh yang tak mampu berdiri ini; sosok yang kedua tangannya pun lumpuh tidak mampu membawa sesuatu; sosok yang kurus dan lemah; tubuh yang terserang oleh berbagai penyakit; penglihatan yang telah kabur kecuali hanya seberkas sinar dari satu mata; serta penderitaan dan sakit yang tak kunjung reda. Bukankah ini sesuatu yang menakjubkan? Bukankah ia merupakan tanda kebesaran Tuhan dan wujud anugerah-Nya? Sosok tersebut hidup untuk misi dan untuk umatnya. Ia menghabiskan usianya dalam dakwah. Ia adalah jihad yang terus berjalan, teladan yang terus bergerak, panutan yang memancarkan cahaya dan keimanan, serta pemahaman dan pengetahuan di tengah jarangnya orang yang tulus, di tengah sedikitnya keikhlasan, serta di tengah lenyapnya suara kebenaran dan ketegasan. Syaikh Yasin datang sebagai pemimpin bagi para mujAhed, tokoh bagi para dai, guru yang bijak dan teladan yang agung bagi para pendidik. Tubuhnya yang kurus, kelumpuhannya, dan penyakit yang kronis membuatnya tidak mampu berjuang dengan senjata. Karena itu, beliau berjuang dengan senjata hikmah, dengan pedang pembinaan dan penataan, dengan meriam keimanan, serta dengan bom kesabaran, keteguhan, dan ketegaran.

Pesan-pesan Syaikh Yasin tidak saja diarahkan kepada para pemuda, namun juga kepada para pemimpin. Sebelum syahid menjemputnya pada 22 maret 2004, Syaikh Ahmad Yasin telah menyiapkan surat yang ditujukan kepada pemimpin Arab yang akan mengadakan KTT Arab di Tunisia pada 28 Maret 2004. Di antara isi surat tersebut adalah sebagai berikut:

Tidak diragukan bahwa apabila bangsa Arab mulia, Islam juga menjadi mulia. Pernyataan ini hanya ingin menunjukkan besarnya amanat yang kalian emban-semoga Allah memberikan taufik kepada kalian untuk berbuat demi kebaikan umat-sebagai pihak yang Allah percaya untuk memimpin masa kini dan masa depan umat. Rasulullah saw. Bersabda, “Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin perihal kepercayaan yang Dia berikan, apakah ia menjaganya atau mengabaikannya.” Karena itu, takutlah kepada Allah dalam memperlakukan umat Islam yang telah dibidik oleh para musuh Allah dari busur yang sama.

Pada saat ini di hadapan Anda terdapat banyak tantangan besar. Rakyat Anda sedang menantikan berbagai keputusan yang Anda tandatangani. Semuanya merupakan harapan agar konferensi tingkat tinggi ini sepadan dengan tantangan yang sedang kita hadapi. Kita semua tentu mengetahui bahwa tantangan terbesar itu adalah persoalan sentral bangsa Arab dan umat Islam. Yaitu persoalan Palestina. Saya sangat berharap konferensi tingkat tinggi ini akan menghasilkan sesuatu yang mengangkat harkat bangsa Palestina yang tetap ingin meneruskan perjalanan jihad mereka sampai Allah mewujudkan kemenangan seperti yang kita inginkan, yang dengan itu Allah mengangkat kemuliaan umat ini.

Saya menyerukan kepada Anda semua agar konferensi ini memerhatikan berbagai persoalan berikut yang bisa membantu penyelesaian masalah Palestina.

Pertama, tanah Palestina adalah tanah milik bangsa Arab dan umat Islam yang telah dirampas oleh kekuatan senjata bangsa Yahudi Zionis. Ia hanya bisa kembali dengan kekuatan senjata. Ia merupakan tanah wakaf Islam yang tidak boleh dilepaskan walaupun hanya satu jengkal, meskipun pada saat ini kita tidak memiliki kekuatan senjata untuk membebaskannya.

Kedua, jihad Palestina merupakan hak legal rakyat Palestina. Ia merupakan fardu ain bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Karena itu, penyebutan jihad sebagai tindakan terorisme oleh para musuh Allah adalah kezaliman besar yang ditolak oleh bangsa Palestina. Ia juga ditolak oleh bangsa-bangsa Arab dan Islam. Kami berharap konferensi tingkat tinggi ini bisa menegaskan sikapnya secara sangat jelas guna mendukung perjuangan bangsa kami.

Ketiga, bangsa kami yang dengan berani memasuki kancah perang yang memang wajib atas mereka, layak mendapatkan berbagai bentuk sokongan dan bantuan dari seluruh pemimpin umat. Mereka membutuhkan bantuan ekonomi guna mendukung ketegaran mereka. Pasalnya, bangsa zionis yang jahat itu telah menghancurkan segala fasilitas kehidupan yang dimiliki oleh penduduk setempat dan merampas harta mereka. Bangsa Palestina juga membutuhkan bantuan militer, keamanan, informasi, moral, diplomasi, dan berbagai bentuk bantuan lainnya yang bisa menolong mereka dalam melanjutkan jihadnya. Mereka berharap konferensi tingkat tinggi ini bisa mewujudkan semua itu dengan ijin Allah.

Keempat, kami menyerukan kepada kalian untuk menghentikan segala bentuk tekanan yang datang dari musuh, menutup kedutaan mereka, konsulat mereka, dan kantor-kantor dagang mereka, serta memutuskan hubungan dan kerja sama dengan mereka.

Kelima, umat Islam mempunyai berbagai peluang, potensi, dan kekuatan yang membuatnya mampu menyelesaikan berbagai persoalan internalnya dan membalas tindakan brutal para musuh. Saya berpendapat bahwa telah tiba saatnya bagi umat ini untuk melaksanakan firman Allah swt.,

“Berpeganglah kalian semua kepada tali Allah dan jangan berpecah belah.”

“Orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Kalau kalian tidak mau berjuang bersama akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi.”

Keenam, Masjid al-Aqsa tengah memanggil Anda. Bangsa zionis telah menyiapkan seperangkat alat untuk menghancurkan tiang-tiang dan bangunannya. Lalu siapa lagi setelah Allah yang akan memerhatikannya kalau bukan kalian.

Ketujuh, kami mengajak kalian untuk mempersembahkan segala bentuk dukungan bagi saudara-saudara kita di Irak agar mereka terlepas dari pendudukan Amerika. Sebab, membela Irak dan rakyatnya merupakan bagian dari pembelaan terhadap negara dan bangsa Palestina.

Saudara-saudara yang terhormat

Itulah yang ingin saya pesankan, sebab Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita bahwa agama adalah nasihat. Saya memohon kepada Allah semoga Dia memberikan kata sepakat kepada kalian semua untuk membela agama-Nya serta menyatukan barisan kalian di atas sesuatu yang menjadi kebaikan dan kemuliaan umat.

Dari saudaramu,

Ahmad Yasin.

Pendiri Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS)

Gaza – Palestina.

Syaikh Ahmad Yasin mampu mengatasi keterbasan fisiknya dan melanjutkan perjalanannya dengan tekad kuat yang tidak mampu dilakukan oleh orang sehat sekalipun karena perjalanan jihadnya penuh dengan sikap tegar, heroik, dan teguh di atas prinsip. Berikut kami sadurkan gambaran sosok mujAhed dan dai yang tumbuh dari kondisi yang penuh keterbatasi fisik ini.

Tokoh Semasa di Negeri Terjajah

Masa kecil Ahmad Yasin dihiasi dengan berbagai peristiwa dan kejadian. Dengan berbekal kesabaran dan keimanan, ia mampu melewati berbagai tantangan yang ia hadapi, hingga menjadi pemimpin para mujahid sampai kemudian Allah mewujudkan impiannnya gugur sebagai syahid di tangan kotor zionis Israel. Lalu, bagaimana situasi dan kondisi yang menyertai pertumbuhan Syaikh Ahmad Yasin? Bagaimana ia menjalani awal-awal kehidupannya? Bagaimana ia mampu mengalahkan keterbatasan fisiknya? Semua jawaban pertanyaan ini dipaparkan dalam buku “Ahmad Yasin: al Dzahirah al Mu’jizah wa Usthurah al Tahaddi” (Ahmad Yasin: Fenomena Mena’jubkan dan Legenda Perlawanan) karya Ahmad Abu Yusuf.

Ahmad Yasin lahir pada tahun 1936 M di desa Jurah. Sebuah desa yang sangat mempersona dan indah, desa yang makmur dan kaya. Teletak di pinggiran kota Majdal sebelah selatan kota Gaza. Tepatnya di bekas reruntuhan kota bersejarah Asqelan yang teletak dekat pantai Laut Tengah, di mana perang salib terjadi. Desa tersebut dikelilingi oleh perkebunan jeruk, tin, zaitun, anggur, dan berbagai tanaman hijau lainnya. Penduduknya bekerja sebagai petani dan nelayan. Mereka memiliki ratusan sampan kecil untuk mengarungi lautan dari pantai Rafah ke Thanturah. Di sana terdapat lembah semut seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menegaskan bahwa lembah semut itu terdapat di negeri Syam.

Ahmad Yasin kecil biasa dipanggil dengan (kuniyah) Abu Sa’dah, dinisbatkan kepada ibundanya Sa’dah Abdullah al Hubail, untuk membedakan sebutan karena banyaknya nama Ahmad dalam keluarga Yasin. Sa’dah adalah sosok hajjah yang mulia, sabar, dan penuh keyakinan, termasuk wanita terhormat di desa tersebut. Ayah Ahmad Yasin bernama Ismail Yasin, orang terkemuka di desanya. Keluarganya termasuk keluarga yang berkecukupan. Ismail meninggal dunia ketika Ahmad masih sangat kecil, belum lewat usia 3 tahun, meninggalkan keluarga yang terdiri atas sebelas orang. Ahmad Yasin adalah anak ketiga di antara 4 anak laki-laki keluarga Ismail. Mereka tinggal bersama di desa Jurah sampai datang tahun “Prahara” 1948 ketika desa tersebut dihujani bom dari arah udara dan laut. Puluhan penduduk setempat dan penduduk desa tetangga yang mengungsi ke tempat tersebut meninggal dunia.

Ahmad yang saat itu berusia sebelas atau dua belas tahun pindah bersama keluarganya ke Jalur Gaza, tepatnya di kamp pengungsi al Shati’ dekat pantai kota Gaza. Selama kurang lebih seperempat abad Ahmad tumbuh dan belajar di kamp tersebut hingga menikah dan dikaruniahi putra dan putri. Pada masa yang penuh dengan rasa frustasi dan keputusasaan ini, cahaya dakwah gerakan Islam mulai tampak. Para dai mereka membangkitkan semangat perlawanan, keteguhan, dan harapan. Pengiriman delegasi mereka dari Mesir ke daerah Gaza tidak pernah berhenti. Dari Mesir berdatangan para guru, prajurit, cendekiawan, dan ulama seperti Syaikh Mahmud Ied dan Syaikh Muhammad Gazali. Sebelum mereka, Syaikh Hasan al-Banna sudah lebih dulu mendatangi kota Gaza. Kunjungannya merupakan awal mula keberkahan dan kebaikan bagi daerah tersebut dan penduduknya.

Ketika rumah di kamp pengungsi terasa sempit untuk menampung anggota keluarganya, juga karena banyaknya tamu dan pengunjung yang datang ke rumahnya, Syaikh Ahmad Yasin memboyong keluarganya ke lorong sebelah selatan kota Gaza, tepatnya di desa Jurah al Syams. Para relawan membangunkan rumah sederhana untuknya. Disinilah Syaikh menerima para tamu dan rekan-rekan seperjuangannya. Dia hidup dengan perabotan sederhana, jauh dari kemewahan dunia, mencukupkan diri dengan uang pension sebagai guru yang tidak seberapa besar.

Sebelum tahun “Prahara” 1948, Ahmad Yasin adalah murid kelas tiga sekolah dasar. Ketika mengungsi ke Gaza, Ahmad Yasin melanjutkan sekolah di madrasah “Imam Syafi’i”, sekolah utama yang ada kala itu di Gaza. Sekolah ini membuka sekolah pagi (untuk siswa asli Gaza) dan sekolah sore (untuk siswa pengungsi). Ahmad Yasin menyelesaikan sekolah dasar di madrasah Imam Syafi’i tahun 1952. Kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di al Rimal, khusus untuk pengungsi, dan selesai tahun 1955. Adalah sebuah keajaiban yang menjadi kehendak Allah, bila Ahmad Yasin menjadi guru di sekolah tersebut di kemudian hari (mengingat cacat fifik yang dialaminya). Kemudian Ahmad Yasin melanjutkan di Sekolah Menegah Atas Palestina dan selesai pada tahun 1958. Karena sejumlah asalah akhirnya Ahmad Yasin tidak bisa melanjutkan studinya ke jenang yang lebih tinggi. Di antara sebab itu adalah: 1- Bahwa cita-cita sebagian besar keluarga Palestina di Jalur Gaza kala itu adalah menuntaskan anak-anaknya sekolah hingga tamat sekolah menengah atas untuk kemudian bekerja sebagai guru atau pegawai guna membantu ekonomi keluarga. 2- Bahwa pendidikan kala itu hampir-hampir hanya terbatas di kalangan keluarga yang berkecukupan ekonominya, di samping mereka yang dibiaya dan dikirim oleh Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina UNRWA (United Nation Agency for Relief and Work of Palestinian Refugees) untuk melanjutkan studinya dengan pesyaratan. 3- Adalah masalah kondisi kesehatan yang buruk dan tidak wajar yang dialami Ahmad Yasin. Sedangkan Ahmad Yasin tidak termasuk yang disebutkan diatas. Dia bukan dari keluarga berduit dan tidak termasuk yang dikirim Agency. Untuk itu dia lebih memilih untuk bekerja.

Sampai di sini riwayat pendidikan Ahmad Yasin, meskipun dia sendiri pernah mencoba untuk melanjutkan studi di Universitas Kairo, Mesir, dan diterima. Namun dia tidak bisa melanjutkan studinya.

Namun demikian Ahmad Yasin membekali dirinya dengan pendidikan tinggi secara autodidak. Sungguh menakjubkan, Ahmad Yasin terbukti menguasai segala bidang keilmuan mulai dari agama, bahasa, sastra, politik, sosial sampai masalah ekonomi. Dengan wawasan yang luas inilah kemudian Ahmad Yasin menjadi sumber rujukan di Jalur Gaza dan semua orang, dari berbagai lapisan, terkesan oleh ceramah-ceramah yang disampaikan. Semua orang mendengar apa yang dikatakan dan menaruh hormat. Sejatinya, semua itu bukan hanya karena wawasan dan keilmuan yang dimilikinya saja. Sebenarnya banyak kaum intelek Palestina kala itu, namun – allahu a’lam – mungkin itu semua karena sikap wara’, ikhlas, tawadhu’, energik – meski fisiknya cacat -, kecerdasan, visi yang benar, kelapangan dada dan semangat memperjuangkan agama dan tanah air, serta totalitas kerjanya diperuntuhkan hanya pada Allah.

Kecelakaan Itu

Pada awal-awal tahun 50-an – khususnya di Jalur Gaza – para pemuda Palestina mulai terbuka matanya kepada gerakan islam. Itu karena keterbukaan Mesir pada masa itu dan kontak mereka dengan para dai melalui mahasiswa-mahasiswa yang pulang ke Gaza atau melalui kunjungan para dai, ulma dan tokoh pergerakan islam dari Mesir seperti yang kami sebutkan di atas. Gerakan Islam tidak hanya menyajikan materi keislaman semata. Namun dia ibarat pendidikan yang menyeluruh. Mulai dari keilmuan hingga olah raga. Tidak jarang kegiatan oleh raga dikaitan dengan kegiatan keilmuan dan pendidikan (tarbiyah). Ahmad Yasin termasuk salah satu dari anak kandung gerakan islam ini, tepatnya gerakan al Ikhwan al Muslimun dari Mesir, semenjak dia pindah ke Gaza.

Di dekat kamp pengungsi al Shati’, pantai adalah tempat bermain yang sangat penting dan strategis. Di sana banyak dilakukan aktivitas mulai dari keilmuan yang disusul dengan kegiatan olah raga. Di antara olah raga yang dilakukan adalah melompat dari ketinggian ke pasir laut (yang indah), atau seorang naik di atas pundak yang lain saling berpegangan tangan kemudian melompat ke laut, atau bermain bola dan berbagai permainan berat lainnya. Dalam salah satu permainan di pantai pada musim panas tahun 1952 Ahmad Yasin jatuh terjungkal kepalanya, seperti diceritakan Ahmad Yasin kepada keluarganya kala itu. Namun seperti diceritakan Dr. Abdul Aziz Rantisi, “Beliau mengalami musibah patah tulang leher saat bermain gulat dengan salah satu teman beliau, asy Syahid Abdullah Shiyam (Komandan Perang “Khalda” Beirut tahun 1982 yang gugur dalam perang tersebut). Namun beliau menyembunyikan sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut kepada keluarga beliau agar tidak timbul masalah antara keluarga beliau dan keluarga Shiyam. Ketika itu, beliau hanya berkata bahwa kecelakaan itu terjadi karena ia melompat di udara dan kemudian terjatuh dengan kepala terlebih dahulu. Baru pada tahun 1990 beliau bercerita yang sebenarnya kepadaku saat bersama dalam satu pernjara.”

Penyair Palestina, Muhammad Abu Diyah, yang pernah menjadi sahabat Ahmad Yasin sejak kecil menuturkan, “Kami lantas membawanya ke kamp pengungsi. Kami menduga dengan beberapa pengobatan saja – diurut dengan air dan minyak sebagaimana cara pengobatan orang-orang desa pada umumnya – ia akan sembuh. Namun, ternyata musibah itu mengancam tulang lehernya dan berpengaruh pada tulang belakangnya kemudian berakibat pada kelumpuhan sebagian tubuhnya.” Ahmad Yasin akhirnya hanya bisa berjalan dengan berjinjit sambil menyeret pasir, kadang dia harus menancapkan kakinya ke dalam pasir untuk mendapatkan keseimbangan. Bila mengenai tanah yang keras dia langsung limbung dan jatuh. Sementara itu jari-jari tangannya kaku tidak bisa digerakan. Tidak bisa memegang apapun kecuali dengan sangat sulit. Ahmad Yasin, remaja yang masih belia dan penuh canda ini, setelah peristiwa tersebut berubah menjadi orang yang serius. Dia tetap berusaha datang shalat berjamaah di masjid dan bertekad melanjutkan sekolahnya hingga tamat tahun 1958.

Muhammad Abu Diyah menuturkan, Ahmad terus melanjutkan sekolah. Ia ke sekolah berjalan kaki dengan buku dikepit di ketiaknya. Ia berjalan kaki dengan berjinjit, sementara tangannya kaku dan jari-jarinya nyaris tidak bisa memegang pulpen kecuali dengan sangat sulit. Akan tetapi, ia tetap melanjutkan studinya hingga tamat dengan prestasi memuaskan. Setelah terjadi tarik ulur antara berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam administrasi pemerintahan Mesir saat itu dan para tokoh pendidikan, akhirnya ia ditunjuk sebagai guru. Ia adalah sosok pendidik dan dai yang luar biasa. Pada saat itu aku melihat ia berjalan beberapa langkah kemudian terjatuh ke tanah. Lalu, ia mengambil buku-bukunya dan bangkit berdiri. Kemudian ia kembali berjalan dengan penuh semangat. Ini adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan oleh orang kuat sekalipun.”

Mengenai pekerjaan, hal itu tidak didapat Ahmad Yasin dengan mudah. Selepas tamat tahun 1958, sebagaimana kebanyakan anak muda Palestina kala itu, Ahmad Yasin mencari kerja. Pekerjaan yang paling diminati kebanyakan orang kala itu adalah mengajar, baik itu di sekolah pemerintah ataupun di sekolah milik UNRWA. Untuk bekerja di lembaga yang disebut terakhir ini sangat tidak mungkin bagi AHamas Yasin meski memiliki banyak keistimewaan dan fasilitas yang diberikan. Mudir (direktur) Sekolah UNRWA kala itu Khalil Uwaidha seorang sosialis dan juga wakilnya Farid Abu Wirda seorang sosialis, bahkan bisa dibilang para pejabat pendidikan UNRWA kala itu adalah orang-orang sosialis. Tidak ada tempat lain bagi Ahmad Yasin kecuali melamar di dinas pendidikan pemerintah.

Pada pagi hari buta saat pergi ke panitia pendaftaran untuk mengikuti interview, Ahmad Yasin bertemua dengan salah seorang rekannya. Dia berkata dengan lembut kepada Ahmad untuk memberikan pertimbangan. “Apakah kamu berfikir bahwa panitia akan menerimamu?? Sedang kamu tahu bagiamana kredibilitasnya. Dan semua orang tahu apa yang harus dilakukan orang yang ingin masuk dan diterima. Ya akhi, saudaraku, sebaiknya batalkan saja perjalananmu dan kembalilah.”

Mendengar hal itu Ahmad Yasin hanya tersenyum samblk berdiri sempoyongan di atas jari-jari kakinya. “Wahai saudaraku, apakah kamu mengira saya pergi ke panitia untuk mendapatkan belas kasihan? Tidak, demi Allah. Saya adalah seorang muslim yang percaya kepada kuasa Allah, jika memang Allah berkehendak saya diterima maka tak seorang manusiapun mampu mencegah rizki saya. Tidakkah kamu membaca firman Allah swt, ” Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Rabb langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan. (QS. 51:22-23) Tidakkah kau ingat sabda Rasulullah yang dieiwayatkan dari Ibnu Abbas, “Ketahuilah, sekitanya umat manusia berhimpun untuk memberikan kemanfaatan kepadamu dengan sesuatu maka mereka tidak akan bisa memberikan kepadamu kecuali yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan ketahuilah, sekiranya umat manusia berhimpun untuk mencelakaimu dengan sesuatu maka mereka tidak akan bisa mencelakaimu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah atasmu.” Demi Allah, saya percaya pada Allah dan Dia tidak akan mencelakanku. Saya bertawakal kepada Allah dan akan meneruskan perjalanan ini.” Ahmad Yasin akhirnya meneruskan perjalanan.

Setelah wawancara, panitia pendaftaran milihat banyak keistimewaan yang dimiliki Ahmad Yasin. Namun hanya satu hal, dia pincang!!! Sedang siapapun tahu, kala itu, barang siapa yang ingin lulus maka harus membanyar sejumlah uang untuk mempermudah prosesnya. Nama Ahmad Yasin akhirnya diloloskan ke pihak otoritas pendidikan umum untuk diambil keputusan. Di depan namanya tertulis, kemampuanya sangat bagus, nilainya sangat tinggi dan sangat baik, namun dia pincang!!! Cacat itupun menjadi pertimbangan serius pihak dinas otoritas pendidikan. Namun bila Allah sudah berkehendak, siapapun tak ada yang bisa menolaknya, ketika Kepala Otoritas Pendidikan kala itu, al Fariq Ahmad Salim, anak kesayangannya lahir cacat kakinya. Segera teken di depan nama Ahmad Yasin dengan tinta merah “diterima”. Kemudian dia memerintahkan panitia untuk menerima semua calon guru yang diajukan oleh panitia.

Ahmad Yasin kemudian kembali ke almamaternya sebagai guru bahasa Arab dan pendidikan Agama dengan gaji 10 junaih Mesir setiap bulan. Ada kekhawatiran guru yang pincang ini akan mendapatkan perlakukan buruk dan pelecehan oleh sebagian siswanya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, sosok pincang ini justru mengundang banyak kekaguman dan pernghormatan tidak saja dari murid-muridnya namun juga dari rekan-rekan guru dan wali murid.

Sosok Umat yang Utuh

Dalam sebuah artikelnya, Dr. Abdul Aziz Rantisi, tokoh yang menggantikan Syaikh Yasin memimpin Hamas sepeninggal beliau yang kemudian menjadi target pembunuhan Israel berikutnya, melukiskan tentang pribadi pendiri dan tokoh spiritual Hamas ini dengan menyebut sebagai sosok yang setara dengan umat atau umat yang terdapat pada satu sosok dirinya. Rantisi menuliskan, Syaikh Ahmad Yasin adalah seorang tokoh pemimpin yang istimewa. Dialah sosok yang ketika mendapat bencana dan cobaan, justru memperbesar tekad dan keteguhannya dalam meneruskan jalan meskipun terjal. Beliau terus menapakkan kaki dengan berkorban, memberi, dan bahkan mewujudkan berbagai target yang pada gilirannya melahirkan gerakan perjuangan Islam.

Sebuah artikel sangat tidak cukup untuk melukiskan bahkan untuk menyelami kedalaman lautan sosok ini (Syaikh Yasin), apalagi sampai ke dasarnya. Lautan sosok ini sangat dalam, dalam sekali. Karena itu, sebuah artikel, sebuah buku, bahkan sepuluh jilid atau sebanyak apapun jumlahnya, ia tidak akan bisa memuat semua keutamaannya. Sejarah akan berhenti lama untuk mendokumentasikan pemimpin berkebangsaan Palestina yang pejuang ini. Namun demikian ada beberapa bagian dari kehidupan dan sifat beliau yang perlu diungkap pada saat sekarang agar dapat dicontoh dan ditanamkan pada diri dan jiwa generasi masa depan umat Islam. Pemimpin yang satu ini memiliki tekad yang tak pernah ragu, keinginan yang tak pernah kendur, keberanian yang tak pernah surut, serta kekuatan yang tak pernah lemah.

Syaikh Ahmad Yasin memasuki usia yang kelima belas tahun ketika beliau mengalami musibah patah tulang leher saat bermain gulat dengan salah satu teman beliau, asy-Syahid Abdullah Shiyam. Meskipun musibah yang menimpa pemuda ini sangat besar, namun beliau menyembunyikan sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut kepada keluarga beliau agar tidak timbul masalah keluarga antara keluarga beliau dan keluarga Shiyam. Ketika itu, beliau hanya berkata bahwa kecelakaan itu terjadi karena ia melompat di udara dan kemudian terjatuh dengan kepala terlebih dahulu. Baru pada tahun 1990 beliau memberitahukan kepadaku sebab yang sebenarnya. Yaitu ketika aku bersama beliau di dalam penjara. Artinya, empat puluh tahun sesudah kecelakaan itu terjadi. Itulah pertama kali beliau mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Keluarga beliau sendiri sampai detik ini tidak pernah mengetahuinya. Kecelakaan yang mengenaskan tersebut telah menyebabkan pemuda Ahmad Yasin terserang kelumpuhan. Betis beliau tidak bisa bergerak. Demikian pula dengan lengan beliau. Tentu saja, orang yang terkena musibah semacam ini akan menjadi lemah dan hanya bisa pasrah. Ia hanya akan menjadi orang yang terpinggirkan dan tersia-siakan. Ia menjadi beban bagi masyarakat dan tanggungan yang berat bagi keluarganya.

Akan tetapi, yang menakjubkan dan menarik perhatian, Syaikh Ahmad Yasin telah menorehkan kemenangan pertama dalam hidupnya ketika ia mampu melahirkan gerakan dari kelumpuhannya, kehendak kuat dari kelemahannya, serta kekuatan dari ketidakberdayaannya. Jadi, tekad ruhiyah Syaikh Yasin mampu mengalahkan kelemahan fisiknya. Beliau melanjutkan sekolahnya hingga menjadi seorang guru. Kemudian beliau naik ke berbagai mimbar sebagai khatib, penceramah, pendidik, dan dai yang menyeru kepada Allah dengan hujjah yang jelas. Beliau juga menyiapkan pemuda muslim untuk mengemban tugas dakwah dan menghadapi berbagai konspirasi yang ditujukan kepada bangsa Palestina. Hal itulah yang membuatnya ditangkap oleh pemerintahan Mesir pada saat itu. Sesudah kekalahan pada tahun 1967 M, Syaikh Ahmad Yasin bangkit dengan kembali mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimun di wilayah Gaza. Beliau berhasil mendirikan bangunan tersebut dengan kesabaran, keteguhan, dan ketekunan yang luar biasa. Jarang kita melihat sosok seperti beliau di dunia modern seperti ini. Apalagi, di saat bangsa Arab dan umat Islam sedang tidur nyenyak dan berada dalam kondisi lemah, terpecah, dan kalah. Sementara, Syaikh menyambung siang dan malamnya dengan terus bergerak demi untuk mencapai impian besar dalam menyelamatkan umat dari musibah yang menimpanya.

Setelah sukses membangun kembali Ikhwan di Palestina, Syaikh mulai menyiapkan sejumlah orang untuk mencapai kemenangan lain demi kebaikan bangsa Palestina. Bahkan, demi kebaikan bangsa Arab dan umat Islam. Yang menjadi tujuan pertama beliau adalah keluar dari kondisi yang lemah dan bangkit kembali. Beliau terdorong oleh keimanan yang sangat kuat bahwa umat mampu untuk mencapai kemenangan jika memiliki tekad untuk keluar dari kekalahan dan menghentikan sikap mengekor kepada musuh. Beliau mulai melakukan persiapan untuk menghadapi perang jangka panjang yang dilakukan oleh gerakan Islam dalam melawan permusuhan zionis terhadap Palestina, serta terhadap bangsa Arab dan umat Islam. Maka, Syaikh Ahmad Yasin mendirikan sebuah sayap militer gerakan Hamas. Namun, Allah menakdirkan sayap militer ini dihancurkan di saat awal kelahirannya, yang menyebabkan Syaikh Yasin ditangkap oleh musuh. Saat diinterogasi oleh pihak zionis beliau mendapatkan siksaan yang hebat. Hal itu terjadi pada tahun 1984 M, tiga tahun sebelum kemunculan gerakan intifadhah. Beliau dihukum penjara selama 13 tahun. Namun, berkat karunia Allah, setelah sebelas bulan mendekam di penjara, beliau dibebaskan lewat kesepakatan pertukaran tawanan pada tahun 1985 M, yang dilakukan oleh seorang pejuang, Ahmad Jibril, Sekjen Front Rakyat dengan pihak zionis. Beliau keluar dari penjara dengan tekad, keinginan, dan keteguhan untuk meneruskan perjuangan.

Di saat Syaikh Yasin memunculkan gerakan intifadhah Palestina pada tahun 1987 M, sebelumnya telah didirikan sayap militer gerakan Hamas yang selanjutnya diberi nama Brigade asy-Syahid Izzuddin al-Qassam, agar gerakan Hamas, sayap militernya, dan gerakan intifadhah rakyat Palestina menyerupai deklarasi perang total terhadap musuh yang biadab. Hal ini ditujukan untuk mewujudkan keseimbangan pertahanan dalam kondisi tidak adanya keseimbangan kekuatan.

Pada tahun 1987 M, beliau mendirikan gerakan perlawanan Islam (Hamas). Pada saat yang sama, dideklarasikan dimulainya gerakan intifadhah bangsa Palestina terhadap kezaliman, permusuhan, dan kesewenang-wenangan dalam bentuk pendudukan kaum zionis atas Palestina. Juga, terhadap tindakan mereka yang mengotori tempat-tempat suci, terutama Masjid al-Aqsa yang penuh berkah. Lalu, perlawanan terhadap pembantaian anak-anak, wanita, orang tua, bahkan janin yang masih berada di kandungan ibunya. Serta, perlawanan terhadap tindakan penghancuran desa-desa dan kota, pembongkaran rumah-rumah yang sedang ditempati oleh penghuninya, penebangan pohon-pohon berbuah, pembumihangusan tanah-tanah pertanian, dan penghancuran kehidupan rakyat. Syaikh Yasin memahami bahwa zionis perusak ini mempergunakan politik teror untuk mewujudkan tujuan-tujuan zionismenya yang agresor. Beliau juga mengetahui bahwa musuh dan penjahat ini tidak akan berhenti dengan politik tersebut, kecuali apabila harga yang harus dibayarkan untuk kejahatannya itu terlalu tinggi.

Syaikh Yasin ditangkap untuk kedua kalinya pada tahun 1989 M. Pihak zionis memvonisnya dengan penjara seumur hidup. Setelah delapan tahun berada di tahanan, berkat karunia Allah beliau dibebaskan akibat sebuah operasi yang gagal yang dilakukan oleh Mossad di Yordania. Yaitu operasi teror yang tujuannya ingin menghabisi nyawa sang MujAhed, Khalid Misy’al, pimpinan biro politik gerakan Hamas.

Syaikh Yasin keluar dari tahanan guna memproklamirkan kepada dunia bahwa jihad tidak akan berhenti sampai tanah Palestina merdeka secara total, bahwa satu jengkal tanahpun tidak akan dibiarkan kepada mereka, dan bahwa setiap hak rakyat Palestina akan terus dituntut, terutama hak untuk kembali bagi para pengungsi Palestina yang telah diusir dari rumah-rumah mereka sejak tahun 1948 M, disebabkan oleh teror zionis. Selain itu, beliau juga menolak segala kesepakatan dan perjanjian yang mengarah kepada penawaran untuk mendapat tanah air dan penyerahan sebagian darinya guna kepentingan zionis Yahudi yang didukung oleh kaum salibis yang dengki.

Kedengkian zionis terhadap Syaikh Yasin sampai ke tingkat menyuruh penguasa Palestina untuk menekan Syaikh Yasin. Maka, Penguasa Palestina menetapkan tahanan rumah kepada beliau dan segera merespon keinginan Israel. Akan tetapi, publik Palestina menolak hal tersebut agar beliau bisa keluar lagi meneruskan tekadnya yang kuat untuk melanjutkan perjalanan jihad.

Ketidaksenangan zionis berlanjut dan kemudian berwujud kepada usaha untuk menghabisi nyawa Syaikh dengan membom rumah yang beliau tinggali pada saat terjadinya serangan teror dengan bom seukuran seperempat ton. Akan tetapi, Allah menyelamatkan beliau. Syaikh Yasin keluar dengan selamat meskipun kerusakan yang menimpa rumah tersebut sangat parah. Ketika selamat dari upaya tersebut, ia kembali bersikeras melanjutkan perjalanan jihad. Berbagai kesulitan justru membuat beliau bertambah kuat, teguh, dan semangat mempertahankan hak-hak tanah air.

Selintas Perjalanan Syaikh Yasin

Syaikh Yasin berusia sepuluh tahun saat Inggris mengumpulkan bangsa zionis dari seluruh penjuru dunia untuk ditempatkan di tanah Palestina. Melalui kekuatan militer yang diperkuat dengan cerita bualan tentang tanah yang dijanjikan, didirikanlah untuk mereka negara yang bernama Israel pada tahun 1948.

Itulah awal tahun prahara (nakhbah) bagi bangsa Palestina. Syaikh Yasin bersama keluarganya dipaksa mengungsi ke wilayah Jalur Gaza. Untuk sementara waktu dia harus berhenti sekolah karena harus bekerja membantu kakaknya untuk mencukupi ekonomi keluarga. Tiga tahun kemudian Syaikh Yasin melanjutkan sekolah hingga terjadilah sebuah kecelakaan yang membuat seluruh tubuhnya lumpuh kecuali bagian kepalanya. Kondisi lumpuh tidak menghentikannya meneruskan studi hingga menjadi seorang pengajar bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyah baik di alamamaternya mmaupun di beberapa sekolah bantuan internasional (UNRWA) di Gaza.

Keterlibatannya dalam gerakan islam berbuntut pada penangkapan oleh pemerintahan Jamal Abdul Naseer karena dituduh sebagai bagian dari gerakan al Ikhwanul al Muslimun.

Ketika tokoh-tokoh gerakan Ikhwan yang berada di Gaza meninggalkan daerah tersebut untuk lari dari cengekeraman Nasser, Ahmad Yasin memiliki pandangan lain. Ia menegaskan bahwa di atas tanah itulah kehidupan dan jihad layak diwujudkan.

Ia memulai dari nol ketika kekuasaan kaum kiri dan nasionalis mencapai Tepi Barat dan wilayah Gaza sehingga ketaatan beragama lenyap dari masyarakat Palestina dalam bentuk yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Ketika ketaatan beragama dianggap sebagai bid’ah yang buruk dan simbol keterbelakangan, Syaikh Yasin tetap yakin bahwa era Islam pasti datang dan debu yang menutupi kesadaran umat akan segera hilang sehingga mereka kembali kepada akar dan rahasia kemuliaan mereka. Syaikh Yasin merancang bangunan tersebut: dari shalat ke shalat, dari masjid ke masjid lain. Syaikh menanamkan benihnya di tanah Isra dan Mi’raj seraya memberikan kabar gembira akan datangnya hari esok yang lebih baik.

Usahanya tidak hanya terbatas pada wilayah Gaza, tempat ia mendirikan Majma’ Islami, sebuah sebuah lembaga Islam yang lengkap, mencakup bidang sosial, kemasyarakatan, dan dakwah. Bahkan, beliau meluaskan upayanya hingga mencapai Tepi Barat yang menjadi tempat berkembangnya aliran kiri, nasionalis dan sekuler.

Di akhir 1970-an dan di awal 1980-an, pohon yang dibangun Syaikh Yasin sudah mulai membesar sedikit demi sedikit. Pihak-pihak lain di negara Palestina mulai menyadari bahayanya. Mereka menghadapi upaya Syaikh Yasin dengan menuduhnya sebagai agen penjajah sebab tidak memproklamirkan perlawanan bersenjata. Akan tetapi, Syaikh Yasin memahami tindakannya. Perlawanan tidak boleh tegak di atas pondasi yang lemah. Ia harus tegak di atas dasar-dasar yang kokoh dan kuat.

Pada tahun 1983, Syaikh Yasin merasa bahwa telah tiba saatnya untuk melakukan persiapan fisik dan materil sesudah melakukan persiapan spritual secara baik. Hal itu terlihat dengan berkembangnya sikap religius di masyarakat dan munculnya kekuatan gerakan Islam sebagai kekuatan kedua di berbagai universitas dan asosiasi. Bahkan di beberapa komunitas ia mulai mengungguli gerakan pembebasan.

Oleh pihak militer, Syaikh Yasin dianggap telah melakukan pengumpulan senjata, membentuk pasukan militer dan menyerukan pelenyapan eksistensi negara Yahudi. Karenanya, beliau ditangkap bersama koleganya kemudian dihadapkan ke mahkamah militer Israel dan divonis 13 tahun penjara, sementara hukuman yang lebih lama diberikan kepada sejumlah koleganya. Di antaranya kepada Syaikh asy Syahid Solah Syahadah. Hal itu berlangsung selama dua tahun. Pada tahun 1985, Syaikh Yasin keluar dari penjara berkat proses pertukaran tahanan dengan Front Rakyat yang dipimpin oleh Ahmad Jibril dengan pihak Israel, setelah beliau mendekam selama 11 bulan dalam penjara rezim Imperialis Israel

Fase itu adalah fase keputusasaan. Organisasi PLO mengalami kekalahan di Beirut. Kondisi negara-negara Arab juga sedang jatuh. Tawar-menawar dilakukan di sana-sini guna mengembalikan pengakuan internasional terhadap Palestina.

Syaikh kembali menghembuskan Gerakan Perlawanan Islam Palestina kalangan para pemuda lewat berbagai masjid yang telah menjadi simbol dalam melawan penjajah. Pihak terakhir ini merasa telah berhasil melenyapkan upaya perlawanan masyarakat Palestina, di luar dan di dalam.

Maka pada penghujung tahun 1987, tepatnya tanggal 14 Desember 1987, pada masa penuh berkah terkait dengan munculnya gerakan intifadhah pertama, Syaikh bersama tiga koleganya: asy Syahid Solah Syahadah, asy Syahid Ibrahim al Muqadimah, dan asy Syahid Abdul Aziz Rantisi, mengumumkan pendirian Gerakan Perlawanan Islam yang dikenal dengan nama “Hamas”. Pada akhir bulan Agustus 1988, militer Imperialis Israel menyerbu rumah kediaman beliau di Gaza. Mereka melakukan pengeledahan dan mengancam membuang beliau dengan kursi rodanya ke Lebanon.

Lewat perjalanan gerakan intifadhah yang pertama, Hamas menjadi penggerak utama sampai-sampai gerakan intifadhah disebut dengan revolusi masjid karena menjamurnya ceramah Islam yang disampaikan oleh Syaikh Yasin di berbagai acara dari masjid ke masjid.

Otoritas penjajah menyadari bahaya peran yang dimainkan oleh gerakan Hamas dalam intifadhah. Sementara Syaikh Yasin sendiri menyadari bahwa lemparan batu semata tidak cukup untuk memberikan rasa sakit ke tubuh penjajah.

Pada mulanya dan dengan melihat kepada minimnya potensi yang ada, gerakan tersebut dengan dipimpin oleh Syaikh Yasin dimulai dengan perang menggunakan pisau. Selanjutnya di awal tahun 1989 berkembang menjadi perlawanan bersenjata dan sampai kepada penculikan tentara Israel. Akibatnya, pada tanggal 15 Juni 1989 (referensi lain menyebutkan tanggal 17 Mei 1989) rezim penjajah menangkap Syaikh Ahmad Yasin bersama kurang lebih 260 pimpinan Hamas lainnya. Israel punya alasan, penangkapan dilakukan sebagai upaya menghentikan perlawanan bersenjata yang terjadi ketika itu yang mengambil bentuk serangan dengan menggunakan as silah al abyadh (senjata putih), yakni selain senjata api, terhadap serdadu-serdadu Israel, warga Yahudi serta penculikan terhadap agen-agen Israel.

Pada tanggal 16 Oktober 1991, mahkamah militer Imperialis Israel mengeluarkan keputusan (tanpa sidang pengadilan) dengan memvonis Syaikh Ahmad Yasin berupa penjara seumur hidup ditambah 15 tahun kurungan, setelah disodorkan daftar tuduhan sebanyak sembilan item. Di antaranya seruan (provokasi) penculikan dan pembunuhan terhadap serdadu-serdadu Imperialis Israel, pendirian Gerakan Hamas beserta sayap militer dan dinas keamanannya.

Penahanan Syaikh Yasin beserta sebagian besar pimpinan gerakan Hamas di wilayah Gaza dan Tepi Barat tidak menghentikan perjuangan. Justru hal itu membentuk simpati yang membuat Hamas menjadi lebih berkembang dan lebih besar. Dalam kurun waktu antara tahun 1989-1993 wilayah Gaza berubah menjadi neraka yang menakutkan bagi para agresor. Brigade al Qassam, sayap militer Gerakan Hamas juga menjadi alat yang menyulitkan penjajah, sesuatu yang mempercepat terselenggaranya kesepakatan Oslo. Tujuannya adalah untuk melepaskan diri dari tekanan perlawanan yang dilakukan oleh Hamas dalam menghadapi tentara penjajah.

Bertahun-tahun Syaikh Yasin menjadi tahanan penjara musuh. Namun, spirit dan pernyataannya yang keluar dari dari penjara menghiasi perjalanan gerakan tersebut yang semakin membesar di mata orang Palestina serta di mata dunia Arab dan Islam. Terutama setelah munculnya gerakan mati syahid yang ditetapkan oleh Gerakan Hamas dalam melawan penjajah yang dipimpin oleh asy Syahid Yahya Ayyas yang mati syahid setelah dibunuh pada tanggal 15 Januari 1996.

Bertahun-tahun Syaikh mendekam di penjara dengan menolak tawaran perkaranya diadili. Sementara itu gerakan Hamas terus berkembang dan para penjajah menyadari ancaman eksitensi yang belum pernah dikenal dalam sejarah mereka sebelumnya. Hal ini seperti yang diakui oleh Ya’kub Beiri dalam bukunya, Datang untuk membunuhmu. Bunuh Ia segera!, yang mencatatkan sejarah perlawanan gerakan Hamas di masa asy-Syahid Yahya Ayyas dan sesudahnya.

Rabu pagi, tanggal 1 Oktober 1997, Syaikh Ahmad Yasin dibebaskan berkat perjanjian yang berlangsung antara Jordania dan rezim Imperialis Israel, dengan kompensasi penyerahan dua agen (antek) Zionis yang tertangkap di Jordania setelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap al-Akh Khalid Misy’al, Kepala Biro Politik Hamas di Amman pada tanggal 25 September 1997.

Setelah melanglang buana ke negara Arab, Syaikh kembali ke wilayah Gaza yang menyambutnya bak pahlawan. Sang Pemimpin itupun kembali mengawasi anak-anaknya.

Pada tanggal 28 September 2000 perjalanan gerakan intifadhah untuk al-Aqsa mulai muncul dengan Syaikh Yasin sebagai pemimpinnya. Ketika para pimpinan politik ditangkap dan dibunuh di Tepi Barat, wilayah Gaza relatif tidak terjangkau oleh penjajah. Hal itu karena ia memang sulit dijamah. Hanya saja, kekuatan dan kehadiran pimpinan di Gaza, terutama Syaikh Yasin, telah menyulut emosi penjajah. Mereka mulai melakukan gelombang pembunuan terhadap para pemimpin militer dan politik. Maka, dibunuhlah Syaikh Solah Syahadah, Ibrahim al Muqadamah, Ismail Abu Syanab serta puluhan pimpinan sayap militer lainnya termasuk pengganti Syaikh yasin, Dr. Abdul Aziz Rantisi yang dibunuh Israel pada 17 April 2004, kurang dari sebulan setelah pembunuhan Syaikh Yasin. Upaya pembunuhan juga dilakukan atas diri Dr. Mahmud Zehhar namun upaya itu gagal.

Pembunuhan terhadap diri Syaikh yasin memang sudak diperkirakan oleh semua pihak. Terlebih setelah aksi heroik di Asdod pada tanggal 15 Maret 2004 oleh dua pejuang Palestina dari Gaza, penjajah Zionis memutuskan oparasi pembunuhan dengan target para pimpinan gerakan politik guna melemahkan eksistensi gerakan perlawanan. Maka pada Senin 22 Maret 2004, selepas keluar dari masjid usai menunaikan shalat subuh, mobil yang ditumpangi Syaikh Yasin dibombardir tiga rudal yang ditembakan pesawat heli tempur Apache buatan Amerika. Syaikh Yasin gugur syahid bersama delapan orang lainnya. Di antara mereka adalah para pendampingnya. Itulah akhir kehidupan yang memang ia inginkan dan telah menjadi kehendak Allah.

Syaikh Yasin gugur syahid setelah menyempurnakan bangunan perlawanan dan merasa tenang karena bangunan tersebut sangat indah, kuat, dan kokoh. Juga, setelah ia menciptakan kemenangan yang diketahui oleh seluruh dunia lewat keputusan Sharon yang lari dari wilayah Gaza dengan dissengagement pan-nya.

Syaikh Yasin telah meninggal. Namun, perjalanan yang ia wujudkan dengan segala kesungguhan, perjuangan, dan ruhnya akan terus maju hingga menghabisi penjajah. Kita telah kehilangan seorang pahlawan yang menjadi legenda, seorang syaikh yang mulia, dan seorang pendidik utama. Ia menginginkan tanah air nenek moyangnya. Ia hendak mewujudkan haknya. Ia ingin agar seluruh rakyat hidup dengan damai di tanah air yang merdeka dan bahagia. Ia menuntut hak rakyat Palestina yang terkoyak oleh keputusan boneka PBB, oleh gerakan zionis serta oleh antek-anteknya, juga pengkhianatan sejumlah pimpinan tentara Arab di tahun 1948 dan sesudahnya.

Syaikh Ahmad Yasin memang telah meninggalkan dunia. Namun, ia tidak lenyap dari jiwa rakyat Palestina dan kaum muslimin. Ia adalah sosok yang melegenda. Ia hanya punya kursi roda, kepala, dan hati semata. Itulah fisik dan kondisi Ahmad Yasin. Namun, ia telah membuat takut Israel dan para sekutunya, membuat takut Israel dan agen-agen intelijennya, membuat takut beruang buas dan “penjagal” Sharon yang merubah haluan pesawat berikut rudalnya kemudian diarahkan menuju kursi roda yang sedang ditumpangi tubuh yang lumpuh itu. Selamat jalan Amir Mujahidin, Guru Perlawanan Palestina. Semoga Allah menempatkanmu di sisinya bersama para anbiya’, syuhada’dan shidiqin karena mereka itulah sebaik-baik teman. (warsito)

http://www.infopalestina.com/lihatberita.asp?id=8555

November 14, 2007

RINDUKU PADA SURGAMU YA RABBI

Badiuz Zaman Sa’id Nursi:
RINDUKU PADA SURGAMU YA RABBI

Musthafa Kemal Ataturk, pemimpin nasionalis sekuler Turki yang dzalim itu, telah lama tiada. Namun Badi’uz Zaman Sa’id Nursi, seorang ulama mujahid yang paling gigih menentang kediktatoran Kemal, kekuatan pengikutnya tumbuh pesat.
Partai Refah (Hizbus Salam) atau Partai Keselamatan pimpinan Necmetin Erbakan, yang memenangkan pemilu pada bulan Maret l996 di Turki baru lalu, dinilai sebagai penerus perjuangan beliau.

Syeikh Sa’id Nursi, berasal dari keluarga Kurdi di Turki, lahir pada tahun 1293H/1876M di zaman kekhalifahan Sultan Abdul Hamid II. Ia mempunyai kebiasaan memberikan sebagian makanannya kepada semut. Ketika ditanya, mengapa ia berbuat demikian. “Ini merupakan penghormatanku terhadap semangat demokrasi dan kehebatan organisasi makhluk kecil ini,” jawabnya.

Awal Perjuangannya

Pada suatu hari, Badi’uz Zaman menaruh perhatian terhadap pernyataan menteri daerah-daerah jajahan Inggris, Mr. Gladstone, tentang kekhawatirannya terhadap bahaya Islam. Pernyataan yang diucapkan di depan parlemen Inggris itu
mengatakan: “Selama Al-Qur’an berada di tangan kaum muslimin, maka mereka akan selalu menghalangi kita. Karena itu kita harus mengenyahkannya dari kehidupan mereka”.

Dengan kesadaran tinggi sebagai seorang mu’min, Syeikh Sa’id Nursi menyatakan kepada sahabat-sahabatnya: “Dengan nama Allah, aku akan memasrahkan diriku demi Al-Qur’an pada setiap jengkal hidupku, walau apapun rencana jahat menteri Inggris itu.”

Tahun 1909, setahun setelah Sultan Abdul Hamid digulingkan oleh golongan Turki Muda pimpinan Kemal Ataturk, Sa’id Nursi ditahan, karena penguasa baru ini tidak dapat mentolerir aktivitas gerakannya yang mengajak kaum muslimin supaya kembali kepada Al-Qur’an. Dalam penangkapan itu, terhitung 19 orang kawan seperjuangannya diekskusi mati oleh penguasa. Setelah menjatuhkan vonis hukuman mati kepada 15 orang pengikutnya yang lain, maka hakim Hurshid Pasha berpaling ke arah Badi’uz Zaman Sa’id Nursi.

“Apakah saudara juga menginginkan berlakunya hukum Islam di negeri ini?”, tanya hakim.

Badi’uz Zaman menjawab tangkas dan berani:”Sekiranya saya memiliki seribu nyawa, dengan senang hati saya akan mengorbankan semuanya demi Islam. Segala sesuatu yang asing bagi Islam, tak dapat saya terima. Sekarang saya sedang menunggu kereta yang akan membawa saya ke akhirat. Saya sudah siap melakukan perjalanan ke dunia lain untuk bergabung bersama teman saya melalui tiang gantungan. Saya ingin sekali dan sudah tak sabar menanti”.

Ketika diberi kesempatan menyampaikan pledoinya, dengan keberanian seorang mujahid fi sabilillah, di depan pengadilan subversi itu, ia melanjutkan ucapannya:”Cobalah anda membayangkan seorang udik dari sebuah dusun yang seumur hidupnya tak pernah mengenal kesenangan, kemewahan dan kemegahan kota Istambul. Maka anda akan tahu bagaimana ketidaksabaran saya untuk menuju akhirat itu. Saya mendapat tuduhan tajam telah mengkritik orang-orang anti agama dan para wartawan yang mereka bayar. Sampai saat ini pun, saya tetap berkata bahwa seperti halnya pakaian penjahat tidak cocok dikenakan oleh seorang tuan terhormat. Maka demikian pula, falsafah atau cara hidup Eropa tidak cocok diterapkan kepada orang-orang Istambul. Kemuliaan bagiAllah dan kemuliaan liagi lslam.”

Akibat banyaknya protes dari masyarakat luas, akhirnya, pengadilan darurat perang membebaskannya dani hukuman.

Pada saat perang dunia pertama meletus, ia bergabung dalam angkatan bersenjata Turki dan menjadi salah seorang peiwiranya. Di dalam kamp ia biasa memberikan ceramah. Tetapi ketika hampir seluruh pasukan di dalam batalyonnya tewas, bersama tiga atau empat kawannya yang masih hidup ia menerobos tiga lapis barisan musuh dan bersembunyi disebuah terusan. Akhirnya ia tertangkap oleh tentara Rusia.

Jenderal Nicholas dari Rusia, suatu hari mengunjungi kamp tahanan perang, dan dengan serta merta semua tahanan bersujud memberi hormat kepadanya, kecuali satu orang. dialah Badi’uz Zaman Sa’id Nursi.

“Apakah kamu tahu siapa diri saya?” tanya sang jendral.

“Ya, saya tahu anda adalah Nicholas Nikolavih. Itu tidak jadi masalah. Saya seorang muslim dan lebih unggul daripada orang kafir. Saya hanya menyembah Allah. Saya tak mau menta’zimkan anda,” jawabnya berani.

Pada saat itu juga ia dibawa dan dituntut ke pengadilan perang. Ketika dijatuhi vonis hukuman mati, ia hanya minta diizinkan shalat dua rakaat, sebelum ditembak. Kawan-kawannya sesama tahanan menganjurkan agar minta maaf saja pada sang jendral. Tapi ia tidak mau. “Mungkin hukuman ini bisa menjadi paspor bagiku untuk masuk ke syurga yang abadi,” katanya yakin.

Panglima Rusia itu kemudian mendekatinya dan berkata, “Maafkan saya. Karena keteguhan iman dan keberanian anda, maka hukuman mati anda dengan ini saya batalkan”, kata sang jendral.

Tahun 1920, ketika revolusi Turki mencapai puncak keber-hasilannya, Musthafa Kemal Ataturk mengundang Badi’uz Zaman untuk menghadiri perayaan hari kemerdekaan di Ankara. Syeikh Sa’id Nursi berangkat ke Ankara, tapi alangkah kecewanya dia ketika tidak menemukan jejak keimanan pada diri Musthafa, sang pemimpin besar. Akhirnya, Syeikh meninggalkan Ankara tanpa ikut menghadiri Hultah Kemerdekaan. Sebagai gantinya dia mengirimkan surat pernyataan berisi sepuluh pasal kepada parlemen yang diketuai oleh Kemal Pasha.

Sebagian pernyataan itu berisi seruan supaya anggota parlemen tidak melalaikan shalatnya. Sa’id Nursi mengatakan: “Kalau engkau tinggalkan shalat yang wajib, maka seluruh pe-kerjaanmu terdiri atas hal-hal keduniaan semata. Sebaliknya jika kamu menyediakan waktu senggangmu untuk menjalankan ibadah shalat, maka engkau memperoleh hidup penuh kurnia di dunia dan digantikan dengan hidup kekal di akhirat. Sejam dalam hidup diisi dengan ketaatan kepada Allah, akan digantikan berhari-hari yang kekal di akhirat. Maka tekuni sekurang-kurangnya satu jam dalam sehari untuk masjid, tikar sembahyang, yang demikian itu ibarat memasukkan uang recehan ke dalam tabungan hari kemudian”.

Surat pernyataan itu membawa akibat yang sungguh menakjubkan kepada anggota parlemen, sembari berjanji akan menjalani kehidupan yang Islamis dan melaksanakan shalat secara teratur. Secara tidak langsung, pengaruh isi surat itu telah menggagalkan rencana Kemal Ataturk yang telah mengatur kon-spirasi dengan Yahudi untuk menghancurkan lslam.

Kemal Attaturk kemudian berkirim surat kepada Badi’uz Zaman Sa’id Nursi. “Kami membanggakan anda sebagai pemimpin kami tetapi sayang, sejak awal anda telah menimbulkan perselisihan dengan menekankan pentingnya sembahyang,” demikian isi surat Attaturk, antek-antek Yahudi itu.

Tak lama setelah itu, Sa’id Nursi ditahan lagi, karena tulisan–tulisannya dalam risalah An-Nur yang tersebar luas dan dibaca jutaan penggemarnya.
Mengomentari penangkapannya, Sa’id Nursi berkata,” Dalam penderitaan di tempat pengasingan ini, dipenjarakan dan dikurung seorang diri, saya diperkenankan untuk merenungkan kebenaran Al-Qur’an dengan leluasa.”

Badi’uz Zaman Sa’id Nursi akhirnya diadili dengan tuduhan, melakukan persekongkolan jahat untuk menggulingkan peme-rintahan yang sah. Menurut jaksa penuntut umum, pada tahun l 947, sekurang-kurangnya 500-600 ribu orang murid adalah pembaca tetap risalah An-Nur. Dan selama berada dalam penjara, tak kurang dari 79 kali usaha pembunuhan telah dilakukan atas dirinya dengan cara meracuni makanannya. Tetapi semua usaha itu gagal berkat pertolongan Allah.

“Dengan menulis risalah An-Nur, saya telah menyelamatkan lebih dari setengah juta orang Turki dari penderitaan siksa hukuman abadi di akhirat,” katanya menjawab tuduhan jaksa.

“Anda mengatakan bahwa apa yang saya lakukan ini tidak disetujui pemerintah.
Ada departemen yang mengurusi soal ini, dan saya harus memperoleh izin penguasa untuk tujuan yang sama. Meminta surat izin untuk taat pada Allah?”

Sebelum keluar masuk penjara, Syeikh Sa’id Nursi adalah seorang guru besar yang tetah menguasai secara sempurna ilmu–ilmu di bidang tafsir, hadits, fiqh, ilmu kalam dan ilmu mantiq. Beliau juga menguasai ilmu fisika dan kimia.
Bahkan beliau telah menghafal kamus Al-Muhith dari awal sampai bab Sin, dan hafal lebih dari 80 induk kitab-kitab againa.

Karena banyaknya selera beliau dibidang pengetahuan, ditambah kecerdasannya yang luar biasa serta kepahlawanan beliau yang jarang bandingannya. Semua itu telah menambah kemasyhuran dan keharuman namanya, sehingga beliau dijuluki sebagai Badi’uz Zaman (Senjata Zaman).

Namun segala popularitas, dan segala macam kesibukan duniawi itu tidak pernah menghalangi jihadnya di jalan Allah. Beliau tetap tekun pada profesinya sebagai mujahid, menyempurnakan tugas untuk agama dan ummat. Dengan penuh kesabaran, dijalaninya kehidupan penjara, pengasingan dan pengusiran. Sampai akhirnya, Allah swt. mewafatkan beliau pada tahun 1379H/1960M, dengan meninggalkan warisan jama’ah An-Nur dan risalah-risalahnya.

[Irfan S. Awwas, “10 Musuh Cita-cita Mujahid fi Sabilillah”, Wihdah Press, Yogyakarta, Cetakan Pertama, September 1996]

November 9, 2006

Artikel : Siapakah Muhammad?

Filed under: Artikel, Islam, Muhammad, Pemimpin Dunia, Rasulullah — fisan @ 4:49 am

ENCYCLOPEDIA BRITANNICA

“Sejumlah besar sumber awal menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang jujur dan berbudi baik yang dihormati dan ditaati orang-orang yang sepertinya (jujur dan berbudi baik) (Vol. 12)”

MAHATMA GANDHI (Komentar mengenai karakter Muhammad di YOUNG INDIA):

“Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang paling mempengaruhi manusia… Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya pada Tuhan dan tugasnya. Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala halangan. Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 (biografi Muhammad), saya sedih karena tiada lagi cerita yang tersisa dari
hidupnya yang agung.”

Sir George Bernard Shaw (The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936.)

“Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris – bahkan Eropa – beberapa ratus tahun dari sekarang, Islam-lah agama tersebut.”

” Saya senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan
merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad – sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti-kristus, dia harus dipanggil ‘sang penyelamat kemanusiaan’.”

“Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia: Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat ini”

“Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh
ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.

Dia adalah Muhammad (SAW). Dia lahir di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 dan
meninggalkan dunia ini pada usia 63.

Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari
peperangan dan perpecahan antar suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari kebobrokan ke keagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat
ini – dan bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas DUA DEKADE.”

MICHAEL H. HART (THE 100: A RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSONS IN HISTORY, New York, 1978)

Pilihan saya untuk menempatkan Muhammad pada urutan teratas mungkin mengejutkan semua pihak, tapi dialah satu-satunya orang yang sukses baik dalam tataran sekular maupun agama. (hal. 33). Lamar tine, seorang sejarawan terkemuka menyatakan bahwa:
“Jika keagungan sebuah tujuan, kecilnya fasilitas yang diberikan untuk mencapai tujuan tersebut, serta menakjubkannya hasil yang dicapai menjadi tolok ukur kejeniusan seorang manusia; siapakah yang berani membandingkan tokoh hebat manapun dalam sejarah modern dengan Muhammad? Tokoh-tokoh itu membangun pasukan, hukum dan kerajaan saja. Mereka hanyalah menciptakan kekuatan-kekuatan material yang hancur bahkan di depan mata mereka sendiri.
Muhammad bergerak tidak hanya dengan tentara, hukum, kerajaan, rakyat dan dinasti, tapi jutaan manusia di dua per tiga wilayah dunia saat itu; lebih dari itu, ia telah merubah altar-altar pemujaan, sesembahan, agama, pikiran, kepercayaan serta jiwa… Kesabarannya dalam kemenangan dan ambisinya yang dipersembahkan untuk satu tujuan tanpa sama sekali berhasrat membangun kekuasaan, sembahyang-sembahyangnya,
dialognya dengan Tuhan, kematiannnya dan kemenangan-kemenangan (umatnya) setelah kematiannya; semuanya membawa keyakinan umatnya hingga ia memiliki kekuatan untuk mengembalikan sebuah dogma. Dogma yang mengajarkan ketunggalan dan kegaiban (immateriality) Tuhan yang mengajarkan siapa sesungguhnya Tuhan. Dia singkirkan tuhan palsu dengan kekuatan dan mengenalkan tuhan yang sesungguhnya dengan kebijakan.
Seorang filsuf yang juga seorang orator, apostle (hawariyyun, 12 orang pengikut Yesus-pen.), prajurit, ahli hukum, penakluk ide, pegembali dogma-dogma rasional dari sebuah ajaran tanpa pengidolaan, pendiri 20 kerajaan di bumi dan satu kerajaan spiritual, ialah Muhammad. Dari semua standar bagaimana kehebatan seorang manusia diukur, mungkin kita patut bertanya: adakah orang yang lebih agung dari dia?”

(Lamar tine, HISTOIRE DE LA TURQUIE, Paris, 1854, Vol. II, pp 276-277)

“Dunia telah menyaksikan banyak pribadi-pribadi agung. Namun, dari orang orang tersebut adalah orang yang sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama atau militer. Hidup dan ajaran orang-orang ini seringkali terselimuti kabut waktu dan zaman. Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia untuk merekonstruksi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini.

Tidak demikian dengan orang ini. Muhammad (SAW) telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang pikir dan perilaku manusia dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap detil dari kehidupan pribadi dan ucapan-ucapannya telah secara akurat
didokumentasikan dan dijaga dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya begitu terjaga, tidak saja oleh karena penelusuran yang dilakukan para pengikut setianya tapi juga oleh para penentangnya.

Muhammad adalah seorang agamawan, reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan
seorang ayah yang penyayang – semua menjadi satu. Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya dalam setiap aspek kehidupan tersebut –
hanya dengan kepribadian seperti dia-lah keagungan seperti ini dapat diraih.”

K. S. RAMAKRISHNA RAO, Professor Philosophy dalam bookletnya, “Muhammad, The Prophet of Islam”

Kepribadian Muhammad, hhmm sangat sulit untuk menggambarkannya dengan tepat. Saya pun hanya bisa menangkap sekilas saja: betapa ia adalah lukisan yang indah. Anda bisa lihat Muhammad sang Nabi, Muhammad sang pejuang, Muhammad sang pengusaha, Muhammad sang negarawan, Muhammad sang orator ulung, Muhammad sang pembaharu, Muhammad sang pelindung anak yatim-piatu, Muhammad sang pelindung hamba sahaya, Muhammad sang pembela hak wanita, Muhammad sang hakim, Muhamad sang pemuka agama. Dalam setiap perannya tadi, ia adalah seorang pahlawan.

Saat ini, 14 abad kemudian, kehidupan dan ajaran Muhammad tetap selamat, tiada yang hilang atau berubah sedikit pun. Ajaran yang menawarkan secercah harapan abadi tentang obat atas segala penyakit kemanusiaan yang ada dan telah ada sejak masa hidupnya. Ini bukanlah klaim seorang pengikutnya tapi juga sebuah simpulan tak terelakkan dari sebuah analisis sejarah yang kritis dan tidak bias.

PROF. (SNOUCK) HURGRONJE:

Liga bangsa-bangsa yang didirikan Nabi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar persatuan internasional  dan persaudaraan manusia di atas pondasi yang universal yang menerangi bagi bangsa lain. Buktinya, sampai saat ini tiada satu bangsa pun di dunia yang mampu menyamai Islam dalam capaiannya mewujudkan ide persatuan bangsa-bangsa.

Dunia telah banyak mengenal konsep ketuhanan, telah banyak individu yang hidup dan misinya lenyap menjadi legenda. Sejarah menunjukkan tiada satu pun legenda ini yang menyamai bahkan sebagian dari apa yang Muhammad capai. Seluruh jiwa raganya ia curahkan untuk satu tujuan: menyatukan manusia dalam pengabdian kepada Tuhan dalam aturan-aturan ketinggian moral.
Muhammad atau pengikutnya tidak pernah dalam sejarah menyatakan bahwa ia adalah putra Tuhan atau reinkarnasi Tuhan atau seorang jelmaan Tuhan – dia selalu sejak dahulu sampai saat ini menganggap dirinya dan dianggap oleh pengikutnya hanyalah sebagai seorang pesuruh yang dipilih Tuhan.

THOMAS CARLYLE in his HEROES AND HEROWORSHIP

“(Betapa menakjubkan) seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden (Baduy) menjadi sebuah bangsa yang paling maju
dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua decade.”

“Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri.”

“Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia.”

EDWARD GIBBON and SIMON OCKLEY speaking on the profession of ISLAM write:

” ‘Saya percaya bahwa Tuhan adalah tunggal dan Muhammad adalah pesuruh-Nya’ adalah pengakuan kebenaran Islam yang simpel dan seragam. Tuhan tidak pernah dihinakan dengan pujaan-pujaan kemakhlukan; penghormatan terhadap Sang Nabi tidak pernah berubah menjadi pengkultusan berlebihan; dan prinsip-prinsip hidupnya telah memberinya penghormatan dari pengikutnya dalam batas-batas akal dan agama (HISTORY OF THE SARACEN EMPIRES, London, 1870, p. 54).

Muhammad tidak lebih dari seorang manusia biasa. Tapi ia adalah manusia dengan tugas mulia untuk menyatukan manusia dalam pengabdian terhadap satu dan hanya satu
Tuhan serta untuk mengajarkan hidup yang jujur dan lurus sesuai perintah Tuhan. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai ‘hamba dan pesuruh Tuhan’ dan demikianlah juga setiap tindakannya.

SAROJINI NAIDU, penyair terkenal India (S. Naidu, IDEALS OF ISLAM, vide Speeches & Writings, Madras, 1918, p. 169):

Inilah agama pertama yang mengajarkan dan mempraktekkan demokrasi; di setiap masjid, ketika adzan dikumandangkan dan jemaah telah berkumpul, demokrasi dalam Islam terwujud lima kali sehari ketika seorang hamba dan seorang raja berlutut berdampingan dan mengakui: ‘Allah Maha Besar’… Saya terpukau lagi dan lagi oleh kebersamaan Islam yang secara naluriah membuat manusia menjadi bersaudara.

DIWAN CHAND SHARMA:

“Muhammad adalah sosok penuh kebaikan, pengaruhnya dirasakkan dan tak pernah dilupakan orang-orang terdekatnya.
(D.C. Sharma, THE PROPHETS OF THE EAST, Calcutta, 1935, pp. 12)

James A. Michener, “Islam: The Misunderstood Religion,” in READER’S DIGEST (American edition), May 1955, pp. 68-70.
Muhammad, seorang inspirator yang mendirikan Islam, dilahirkan pada tahun 570 masehi dalam masyarakat Arab penyembah berhala. Yatim semenjak kecil dia secara khusus memberikan perhatian kepada fakir miskin, yatim piatu dan janda, serta hamba sahaya dan kaum lemah. Di usia 20 tahun, dia sudah menjadi seorang pengusaha yang sukses, dan menjadi pengelola bisnis seorang janda kaya. Ketika mencapai usia 25, sang majikan
melamarnya.Meski usia perempuan tersebut 15 tahun lebih tua Muhammad menikahinya dan tetap setia kepadanya sepanjang hayat sang istri.

“Seperti halnya para nabi lain, Muhammad memulai tugas kenabiannya dengan sembunyi2 dan ragu2 karena menyadari kelemahannya. Tapi “Baca” adalah perintah yang diperolehnya, -dan meskipun sampai saat ini diyakini bahwa Muhammad tidak bisa membaca dan menulis – dan keluarlah dari mulutnya satu kalimat yang akan segera mengubah dunia: “Tiada tuhan selain Tuhan.”

“Dalam setiap hal, Muhammad adalah seorang yang mengedepankan akal. Ketika putranya, Ibrahim, meninggal disertai gerhana dan menimbulkan anggapan ummatnya bahwa hal tersebut adalah wujud rasa belasungkawa Tuhan kepadanya, Muhammad berkata: “Gerhana adalah sebuah kejadian alam biasa, adalah suatu kebodohan mengkaitkannya dengan kematian atau kelahiran seorang manusia.”

“Sesaat setelah ia meninggal, sebagian pengikutnya hendak memujanya sebagaimana Tuhan dipuja, akan tetapi penerus kepemimpinannya (Abu Bakar-pen.) menepis keingingan ummatnya itu dengan salah satu pidato relijius terindah sepanjang masa: ‘Jika ada diatara kalian yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa ia telah meninggal. Tapi jika Tuhanlah yang hendak kalian sembah, ketahuilah bahwa Ia hidup selamanya”.
(Ayat terkait: Q.S. Al Imran, 144 – pen.)

W. Montgomery Watt, MOHAMMAD AT MECCA, Oxford, 1953, p. 52.
“Kesiapannya menempuh tantangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaiannya yang luar biasa – semuanya menunjukkan integritasnya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan
masalah dan bukan jawaban. Lebih dari itu, tiada figur hebat yang digambarkan begitu buruk di Barat selain Muhammad”

Annie Besant, THE LIFE AND TEACHINGS OF MUHAMMAD, Madras, 1932, p.4.
“Sangat mustahil bagi seseorang yang memperlajari karakter Nabi Bangsa Arab, yang mengetahui bagaimana ajarannya dan bagaimana hidupnya untuk merasakan selain hormat terhadap beliau, salah satu utusan-Nya. Dan meskipun dalam semua yang saya gambarkan banyak hal-hal yang terasa biasa, namun setiap kali saya membaca ulang kisah-kisahnya, setiap kali pula saya mersakan kekaguman dan penghormatan kepada sang Guru Bangsa Arab tersebut.”

Bosworth Smith, MOHAMMAD AND MOHAMMADANISM, London, 1874, p. 92.
“Dia adalah perpaduan Caesar dan Paus; tapi dia adalah sang Paus tanpa pretensinya dan seorang caesar tanpa Legionnaire-nya: tanpa tentara, tanpa pengawal, tanpa istana, tanpa pengahasilan tetap; jika ada seorang manusia yang pantas untuk berkata bahwa dia-lah wakil Tuhan penguasa dunia, Muhammad lah orang itu, karena dia memiliki kekuatan meski ia tak memiliki segala instrument atau penyokongnya.”

John William Draper, M.D., L.L.D., A History of the Intellectual Development of Europe, London 1875, Vol.1, pp.329-330
“Empat tahun setelah kematian Justinian, pada 569 AD, telah lahir di Mekkah Arabia seorang manusia yang sangat besar pengaruhnya terhadap ummat manusia . Muhammad”

John Austin, “Muhammad the Prophet of Allah,” in T.P. ‘s and Cassel’s Weekly for 24th September 1927.
Dalam kurun waktu hanya sedikit lebih dari satu tahun, ia telah menjadi pemimpin di Madinah. Kedua tangannya memegang sebuah tuas yang siap mengguncang dunia.

Professor Jules Masserman
“Pasteur dan Salk adalah pemimpin dalam satu hal (intelektualitas-pen).Gandhi dan Konfusius pada hal lain serta Alexander, Caesar dan Hitler mungkin pemimpin pada kategori kedua dan ketiga (reliji dan militer pen.). Jesus dan Buddha mungkin hanya pada kategori kedua. Mungkin pemimpin terbesar sepanjang masa adalah Muhammad, yang sukses pada ketiga kategori tersebut. Dalam skala yang lebih kecil Musa melakukan hal yang sama.”

——————————————————————————–

Artikel : Apa Kata Mereka?

Filed under: Artikel, Islam, Pemimpin Dunia — fisan @ 3:56 am

Lawrence Braoun berkata: “Apabila bangsa Arab sebagai basis umat Islam dan negara-negara Islam seluruh dunia bersatu, maka mereka akan membahayakan kita dan seluruh dunia. Kalau mereka tetap berpecah belah, mereka tidak punya arti dan kekuasaan apapun. Kita bebas untuk menginjak dan menyeret mereka. Karena itulah, bangsa Arab dan kaum Muslimin seluruh dunia harus tetap berpecah belah, agar mereka tetap dalam tidur dan kebodohannya” .

Arnold Toynbee berkata: “Sesungguhnya persatuan Islam itu ibarat orang yang sedang tidur nyenyak, namun kita harus waspada bahwa orang yang tidur itu sewaktu-waktu bisa bangun” .

Moro Berger berkata: “Sejarah membuktikan bahwa kekuatan Arab berarti kekuatan Islam, maka dari itu hancurkanlah bangsa Arab, bersamaan dengan kehancurannya, hancur pula Islam di seluruh dunia” .

W. K. Smith (orientalis Amerika), berkata: “Apabila kaum Muslimin diberi kebebasan dalam dunia Islam, dan hidup dalam alam demokrasi, maka pasti Islam akan meraih kemenangan. Hanya dengan sistem diktator sajalah umat Islam dapat kita kacaukan, dan mereka akan asing dengan agamanya” .

Pemimpin majalah ‘Times’ (sebuah majalah Amerika), berkata: “Untuk mencegah hadirnya kesadaran dalam diri umat Islam, maka kita harus menjadikan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, menjadi negara diktator militer. Dengan demikian kita akan dapat mencapai kemenangan terhadap bangsa Arab dan peradabannya” .

Fidel Castro memberikan nasehat kepada Israel yang berbunyi: “Israel harus berusaha keras jangan sampai gerakan gerilyawan Palestina itu menganut ajaran Islam. Karena ia akan memberikan kobaran semangat seperti yang biasa dikenal dalam masyarakat Islam. Sesungguhnya semangat agama Arab ini akan mempolarisasikan semua jamaah Islam yang lain, sehingga mustahil bagi Israel untuk memelihara eksistensinya. Juga saya peringatkan, agar Israel berusaha keras menjadikan negara Arab sekitarnya menjadi negara-negara sosialis, untuk menemukan kerjasama secara damai antara sosialis Arab dan sosialis Israel”

Lawrence Braoun berkata: “Selama ini para pemimpin kami menakut-nakuti kami dari ancaman berbagai bangsa. Namun setelah kami teliti dengan seksama, ternyata rasa takut kami itu tidak beralasan. Mereka menakut-nakuti kami dengan bangsa Yahudi yang berbahaya, bangsa ‘kuning’ dari Jepang yang beracun, dan bahayanya bangsa ‘merah’ (Bolsyewik – Komunis). Kenyataannya, kaum Yahudi menjadi kawan karib kami, kaum komunis menjadi sekutu kami, dan bangsa Jepang … untuk yang satu ini, sudah ada negara demokrasi besar yang menjamin akan menaklukannya. Ternyata, bahaya terbesar yang kami temui adalah Islam. Hanya dialah musuh sebenarnya bagi kami, baik dalam penyebaran atau di dalam setiap sistem yang ada, maupun dalam semangatnya yang sangat menakjubkan” .

Moroe Barger berkata: “Sebenarnya ketakutan kami dari bangsa Arab, dan perhatian kami yang berlebih-lebihan kepada bangsa itu, bukan lantaran adanya kekayaan alam berupa ladang-ladang minyak yang melimpah ruah itu, akan tetapi lantaran Islamnya” Kami wajib dan berupaya sekuat tenaga dan kemampuan yang ada, untuk merintangi bersatunya bangsa Arab, yang bisa menguatkan mereka. Karena, bersatu dan kuatnya bangsa itu, berarti bersatu dan kuatnya Islam di seluruh dunia, maka itu berarti kejayaan dan kebangkitan Islam akan segera tumbuh .

Philip Foundatie (seorang Perancis) berkata: “Adalah menjadi kewajiban bagi bangsa Perancis untuk melawan dan menghancurkan Islam di dunia ini, dan menerapkan politik bermusuhan dengan agama itu, serta berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghalangi penyebaran dan kebangkitannya” .

Keimon (seorang orientalis Perancis) berkata: “Menurut hemat saya, adalah menjadi kewajiban bagi kita untuk memusnahkan seperlima umat Islam, menghukum sisanya melakukan kerja paksa, menghancurkan Ka’bah di Mekkah, dan memindahkan mayat Muhammad di Medinah ke musium Le Louvre di Paris” .

Sebuah media massa barat yang menyatakan: “Tidak diragukan lagi bahwa tugas misi dalam merusak dan mengaburkan aqidah Islam telah menemui kegagalannya. Tetapi tujuan ini bisa dicapai melalui Perguruan-perguruan Tinggi di Barat (juga semua perguruan dan sekolah atau yang semacamnya maupun segala lembaga yang dapat dikuasai atau dipengaruhi oleh Kristen/Yahudi/Israel di dunia ini; peny.). Untuk itu hendaknya dipilih mahasiswa-mahasiswa (orang-orang; peny.) yang mempunyai watak yang lemah dan tidak mempunyai kepribadian serta moral yang rusak dari negara-negara Timur, khususnya dari dunia Islam, agar mereka diberi beasiswa (akses-akses, bantuan-bantuan, kemudahan-kemudahan, sarana dan prasarana, dll.; peny.), sehingga mereka itu bisa menyandang gelar (mendapatkan posisi yang menguntungkan/strategis atau mempunyai pengaruh yang luas dan kuat di masyarakat; peny.), agar mereka bisa membawa misi yang tidak diketahui (oleh orang-orang tersebut; peny.). Agar mereka membina dan mewarnai tingkah laku sosial dan politik di negara-negara Islam (dengan tingkah laku yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi dinyatakan oleh orang-orang tersebut sebagai ajaran Islam; peny.). Kami (Kristen/Yahudi/Israel; peny.) berkeyakinan bahwa Perguruan-perguruan Tinggi barat (juga semua perguruan dan sekolah atau yang semacamnya maupun sebagai lembaga yang dapat dikuasai atau dipengaruhi oleh mereka di dunia ini; peny.) harus menggunakan kesempatan yang sebaik-baiknya terhadap dunia Timur (Islam; peny.) yang tergila-gila dengan gelar-gelar ilmiah (maupun gelar-gelar lainnya yang dapat menyatakan bahwa orang-orang itu lebih dari orang-orang kebanyakan yang kemudian orang-orang itu dapat pergunakan untuk memperoleh kenikmatan duniawi semata-mata yang berlimpah-limpah – dengan mengabaikan ajaran-ajaran Islam; peny.). Menggunakan mereka sebagai dosen dan intelektual (serta sebagai pengambil keputusan, tokoh masyarakat, dll.; peny.) yang membawa misi (Kristen/Yahudi/Israel dalam rangka menghancurkan Islam; peny.) adalah sangat menguntungkan terhadap tujuan kita (Kristen/Yahudi/Israel;peny.) dengan dalih memajukan (membantu, bersahabat, dll.; peny.) Islam dan orang-orang Islam.” (Catatan: semua orang-orang Islam, tokoh-tokoh Islam, ilmuwan-ilmuwan Islam, pedagang-pedagang Islam, bankir-bankir Islam, anak-anak Islam, suami-suami Islam, isteri-isteri Islam, dll. yang murni, yang sejati, yang dengan sungguh-sungguh berjuang menegakkan kebenaran Allaah S. W. T.. di segala bidang kehidupan ini, yang pasti bertentangan kepentingan dengan Kristen/Yahudi/Israel, dibantai habis-habisan dengan mempergunakan segala cara yang mungkin dilakukan oleh mereka, termasuk mempergunakan tangan-tangan orang-orang Islam sendiri yang lemah imannya atau anak-anak kecil atau perempuan-perempuan atau orang-orang lemah atau semua orang yang dapat terhasut untuk membela kepentingan Kristen/Yahudi/Israel; peny.) .

Pernyataan Paus Innocent III bahwa Islam adalah agama “Anti Christ” pada tahun 1050 M , yang bunyinya adalah bahwa agama Islam adalah agama Bid’ah dari Kristen/Yahudi/Israel, sehingga disusun rencana dan strategi penghancuran dan penghapusan Islam di seluruh dunia, yang mana sedemikian canggih dan halusnya sehingga sebagian besar umat Islam yang lemah ilmu dan lemah iman ikut-ikutan menjalankan strategi dan rencana tersebut, bahkan sampai-sampai, ulama tingkat tinggi banyak juga yang terpengaruh ikut-ikutan menjalankan strategi dan rencana tersebut.

Seorang pastor dalam konperensi pastor, Samuel Zwemer berkata: “Sebenarnya kami mengutus dan membebankan anda sekalian ke negara-negara Muhammadiyah (Islam), bukan dengan tujuan untuk mengkristenkan mereka, karena hal itu adalah suatu kehormatan. Mereka tidak pantas untuk menerimanya. Sebenarnya tugas kalian adalah mengeluarkan orang-orang Muslim dari agamanya, agar mereka menjadi mahluk yang putus hubungannya dengan Allaah S. W. T.. Dengan demikian terputus pula ciri (akhlaq) Islam dari dirinya, yang menjadi sendi dan fondasi dasar dalam kehidupannya. Dengan jerih payah kalian itu, kalian telah menjadi pelopor kemenangan dalam penjajahan dalam negara-negara Islam. Kalian telah berhasil mencuci otak mereka sehingga mereka mau menerima dan menjalankan segala rencana dan siasat kita untuk mengeluarkan mereka dari Islam. Kami menginginkan kalian berhasil membuat generasi penerus mereka menjadi generasi santai yang suka membuang waktu dan bermalas-malasan. Memburu hawa nafsu dengan berbagai cara, sehingga hawa nafsu itu merupakan tujuan utama kehidupannya, dan mempertuhankan hawa nafsunya, dan kalau mereka menduduki jabatan penting, juga untuk kepentingan hawa nafsunya. Mereka korbankan segala-galanya untuk kepentingan hawa nafsu. Wahai para pastor! Laksanakan dan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya tugas yang telah diembankan kepada kalian, dan pasti kalian akan berhasil dengan gemilang”. Demikianlah pernyataannya, yang diwujudkan dengan memupuk rasa kecewa, frustasi, pesimistis, dan putus asa terus dipompakan. Mabuk-mabukan, diskotik, film porno dan sex bebas dibudayakan, sehingga generasi Islam terlena dan terhanyut sampai jauh dari cita-cita semula yang luhur, hingga aqidah sebagai senjata ampuh yang terakhir ditanggalkan satu demi persatu .

Kardinal Simon (orang kedua setelah Paus di Vatikan), menyatakan: “Andai umat Islam itu bersatu padu di seluruh dunia, dan menyatukan seluruh aspirasinya, saling bantu untuk melepaskan diri dari cengkeraman bangsa Eropa (Kristen/Yahudi/Israel; peny.), lalu mereka berkiblat dan mematuhi segala syariatnya (Islam, peny.), maka mereka akan mampu bangkit dan mengalahkan kita (Kristen/Yahudi/Israel; peny.). Dan wajiblah bagi kita (Kristen/Yahudi/Israel; peny.) untuk menyusun program demi memecah belah, menghalangi kebangkitan mereka (Islam; peny.) .

Eks PM Inggris, James Callaghan berkata dalam wawancara tentang konperensi Qoud Lobby: “Sebenarnya di antara topik yang hendak dibicarakan ialah masalah Iran”. Ditegaskan kemudian: “Masalah Iran itu mempunyai akar yang mendalam dan kuat, karena kita juga harus membicarakan masalah Turki, Pakistan dan Timur Tengah”. Ditegaskan lagi: “Memang sulit bagi anda untuk memahami apa yang terjadi dalam masalah ini. namun saya sebagai seorang Kristen yang murni, akan mengatakan kepadamu: “Di sana ada musuh terbesar yang harus kami musnahkan, sampai ke akar-akarnya. Dia senantiasa menghalangi setiap rencana dan gagasan kami. Musuh kami itu adalah Aqidah (ajaran Islam; peny.), oleh sebab itulah dalam konperensi kali ini, kami fokuskan pada masalah yang sangat vital itu” .

Ben Gaurion seorang Kristen/Yahudi/Israel berkata: “Tidak ada yang paling menakutkan saya selain kalau dunia Arab akan melahirkan seorang Muhammad baru” .

Blog di WordPress.com.